JAKARTA, BANPOS – Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi, melemah 97 poin atau 0,63 persen menjadi Rp15.475 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.378 per dolar AS.
Turunnya nilai tukar itu dipengaruhi data tenaga kerja Non-Farm Payrolls (NFP) AS yang lebih rendah dari perkiraan.
“Data pasar tenaga kerja AS terkini memberikan sinyal beragam kepada pasar, yang menyebabkan pergerakan dolar AS berfluktuasi,” kata Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, Senin (9/9).
Josua menuturkan, Non-Farm Payrolls (NFP) AS pada Agustus 2024 menambahkan 142 ribu pekerjaan, yang lebih rendah dari estimasi konsensus sebesar 165 ribu.
Tingkat pengangguran AS pada Agustus 2024 turun menjadi 4,2 persen dari 4,3 persen pada Juli 2024, namun sesuai dengan ekspektasi pasar.
Meskipun sinyal beragam dari pasar tenaga kerja, investor masih meningkatkan ekspektasi mereka terhadap pemotongan suku bunga AS Fed Funds Rate (FFR) dari 100 basis poin (bps) pada 2024 menjadi 125 bps, menambahkan pemotongan suku bunga 50 bps lagi pada Desember 2024.
Pada sisi lain, investor juga khawatir tentang pertumbuhan ekonomi AS. Kekhawatiran tersebut tercermin dari kinerja pasar saham yang lebih lemah. DJIA, S&P500, dan NASDAQ turun masing-masing sebesar 1,01 persen, 1,73 persen, dan 2,55 persen.
Ekspektasi tersebut juga mendorong imbal hasil (yield) US Treasury 10 tahun yang lebih rendah sebesar dua bps menjadi 3,71 persen.
Dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) telah merilis data cadangan devisa, yang meningkat sebesar 4,8 miliar dolar AS menjadi 150,2 miliar dolar AS pada Agustus 2024, didukung oleh aliran masuk dana asing dan pencairan pinjaman luar negeri.
Ia memproyeksikan rupiah akan berada di rentang Rp15.350 per dolar AS sampai dengan Rp15.500 per dolar AS pada perdagangan hari ini. (DZH/ANT)
Discussion about this post