SERANG, BANPOS – Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda, antara Banten dan Lampung, kerap kali mengalami aktivitas kegempaan vulkanik yang memicu erupsi.
Kepala Pos Pemantau GAK di Pasauran Anyer, Banten Deni Mardiono kepada wartawan kemarin, meminta masyarakat pesisir Cilegon, Anyer, Carita, dan Labuan meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan aktivitas vulkanik gunung itu yang Level II (Waspada) dengan ketinggian asap mencapai 1.500 meter, pada Minggu lalu, sedangkan sehari sebelumnya 2.000 meter.
“Dalam status Waspada itu, baik masyarakat, wisatawan, nelayan, maupun pelaku pelayaran tidak boleh mendekati pusat kawah gunung karena cukup membahayakan keselamatan jiwa,” katanya.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan radius dua kilometer dari gunung tersebut, terkait dengan batas aktivitas masyarakat.
Aktivitas kegempaan GAK sepanjang Minggu (6/2), berdasarkan hasil rekaman seismograf dengan letusan tujuh kali, embusan antara 25-50 meter, amplitudo 0,5-42 mm, delapan kali gempa vulkanik dangkal dan tujuh kali embusan.
“Kami telah menyampaikan imbauan kewaspadaan itu kepada pemerintah daerah,” katanya.
Saat ini, erupsi GAK tidak mengeluarkan lava pijar dan suara dentuman. Peningkatan aktivitas kegempaan vulkanik yang memicu erupsi GAK, sebagai siklus periode empat tahunan. Erupsi GAK terakhir pada 2018.
Dengan demikian, kegempaan vulkanik GAK harus waspadai dengan mengikuti anjuran pemerintah daerah setempat dan hasil pemantauan GAK. Masyarakat pesisir juga harus tetap tenang dan tidak terpancing informasi menyesatkan serta hoaks.
“Kami minta warga pesisir pantai tetap tenang menyusul terjadi erupsi GAK,” katanya. (RUS/AZM)
Discussion about this post