SERANG, BANPOS – Plt. Kepala Bidang (Kabid) SMA pada Dindikbud Provinsi Banten, Adang Abdurrahman, membantah bahwa dirinya melakukan intimidasi terhadap para guru honorer yang menggelar aksi unjuk rasa.
Menurutnya, pernyataan dirinya pada grup Kepala Sekolah yang tangkapan layarnya disebarkan di media sosial, merupakan upaya untuk melakukan penyerapan aspirasi.
“Tidak ada intimidasi, kami mendata itu untuk mengetahui apa yang akan disampaikan, sebagai bahan evaluasi pelayanan kami,” ujarnya saat dihubungi melalui pesan WhatsApp, Jumat (4/7).
Menurutnya, sampai saat ini tidak ada laporan lanjutan yang masuk ke pihaknya, terkait sejumlah tuntutan yang disampaikan pada aksi kemarin.
Sehingga menurutnya, informasi yang disampaikan oleh pihaknya kepada para guru honorer, sudah dipahami menyeluruh oleh para guru.
E-Paper BANPOS Terbaru
“Alhamdulillah tidak ada yang melapor ke kami, berarti informasi yang kami sampaikan ke Non ASN melalui tim pengelola honorer di grup tersebut sudah dipahami,” tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, seusai ratusan guru menggeruduk Pendopo Gubernur Banten, diduga pihak Dindikbud Provinsi Banten melakukan intimidasi terhadap guru yang mengikuti aksi tersebut.
Hal itu terungkap dalam tangkapan layar yang tersebar di media sosial.
Dalam pangkapan layar tersebut, seseorang menyebarkan tangkapan layar dari grup yang diduga berisikan Kepala Sekolah dari berbagai sekolah negeri yang ada di Provinsi Banten.
Pada percakapan grup itu, nomor yang disebut sebagai milik Plt. Kepala Bidang SMA pada Dindikbud Provinsi Banten, Adang Abdurrahman, diduga melakukan intimidasi dengan mengumpulkan nama-nama guru honorer yang mengikuti aksi unjuk rasa.
“Minta list yang besok mau demo non asn SMA negeri. Nanti saya kasih pemahaman,” tulis nomor yang diduga milik Adang Abdurrahman.
Pengunggah tangkapan layar percakapan grup menuliskan bahwa tangkapan layar tersebut merupakan bukti intimidasi yang dilakukan oleh Adang.
“Ini bukti adanya intimidasi terhadap guru-guru yang ingin menyuarakan/menyampaikan pendapat di muka publik,” tulisnya. (*)
Discussion about this post