“Namun sampai sekarang kami tidak dibayar. Pak A juga sampai sekarang tidak tahu ada di mana, karena setelah simbolis penanaman itu sudah tidak pernah dateng lagi ke sini,” terangnya.
Lahan Kurang Cocok untuk Tanam Jagung
Salah satu warga mengatakan, sebelumnya lahan PT. Bibo tersebut memang merupakan lahan jagung. Sebelum Polda Banten, lahan jagung tersebut dikelola oleh pengusaha yang berasal dari Bandung.
“Dulunya ini memang lahan jagung, sudah berkali-kali panen juga. Saya lupa yang punya siapa, cuma dia orang Bandung,” ujarnya.
Namun, pemilik usaha jagung tersebut akhirnya memindahkan lokasi dari Desa Mogana, ke daerah Jonggol di Bogor. Alasannya, lokasi ini kurang cocok untuk menanam jagung. Tidak cocoknya lokasi itu, lantaran jauh dari tempat pengairan.
“Kan kalau di Bogor airnya banyak. Kalau di sini, kita harus ambil air dari bawah, jadi harus nambah mesin lagi untuk nyedot air dari bawah,” terangnya.
E-Paper BANPOS Terbaru
Ia menuturkan, meskipun lahan tersebut cukup subur, namun jika sulit dalam pengairan tanamannya, maka potensi jagung tumbuh dengan maksimal menjadi berkurang.
“Selain itu juga pemilik lahan sebelumnya bilang kalau beban operasionalnya terlalu tinggi. Soalnya mengoperasikan mesin sedot air aja minimal tiga, itu biayanya mahal,” ungkapnya.
Diduga Pura-pura Panen Jagung
Kamis (5/6), Polda Banten bersama pemerintah provinsi melakukan panen raya jagung di Banten. Adapun lokasi panen raya jagung tersebut di antaranya berada di Desa Cemplang-Kabupaten Serang dan Desa Pasir Awi-Kabupaten Pandeglang.
Kapolda Banten, Irjen Pol. Suyudi Ario Seto, bersama dengan Gubernur Banten, Andra Soni, melakukan panen raya jagung di Desa Cemplang. Suyudi mengatakan, Polda Banten menargetkan penanaman jagung seluas 2.500 hektare untuk panen mendatang.
Menurutnya, dari target tersebut saat ini sudah terealisasi seluas 278,30 hektare. Pada kuartal I, panen yang dilakukan seluas 231 hektare. Sementara pada kuartal II ini seluas 48 hektare.
