Kendati penuh keterbatasan, semangat warga tidak surut. Mereka bergotong royong membangun madrasah tanpa bayaran, sebagai wujud kepedulian terhadap masa depan anak-anak mereka. Setiap tenaga, waktu, dan materi yang diberikan merupakan bentuk cinta terhadap pendidikan.
Ironisnya, di tengah gencarnya pemerintah mencanangkan program Indonesia Emas 2045, realita seperti ini masih ditemukan di lapangan. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat aman dan nyaman bagi siswa, justru menjadi ancaman keselamatan akibat kerusakan yang dibiarkan terlalu lama.
Potret Madrasah Diniyah Madarijul Ulum menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa kemajuan bangsa tidak akan tercapai jika pendidikan dasar diabaikan. Pemerataan akses dan fasilitas pendidikan, terutama di daerah pelosok, harus menjadi prioritas dalam agenda pembangunan nasional.
Dengan semangat kebersamaan dan harapan yang tak padam, warga Desa Binangun terus berjuang menjaga keberadaan madrasah ini. Namun, mereka tidak bisa berjuang sendiri. Diperlukan perhatian dan tindakan nyata dari pemerintah maupun para dermawan agar generasi penerus bangsa bisa belajar dengan aman, nyaman, dan layak.(ENK)