Dengan GATE ini, kata Rusman, menjadi salah satu cara bagaimana sang ayah dapat terus berkomunikasi secara baik dengan putra-putrinya. Ke depan, pihaknya bersama dengan mitra kerja strategis beserta stakeholder akan mengupayakan ada pengarusutamaan informasi, agar para ayah lebih peduli terhadap anak-anaknya yang kemudian dapat mempererat hubungan anak dan ayah.
“Melalui GATE ini, kami berharap dapat menekan fenomena hilangnya sosok ayah bagi sang anak. Gerakan ini juga mengupayakan untuk menghadirkan arus komunikasi dua arah bagi anak dan ayahnya, sehingga tidak mengandalkan ibunya saja. Kami mengharapkan para ayah ini juga memiliki fokus perhatian terhadap anak-anaknya dengan lebih baik lagi dan anak-anak tidak kehilangan sosok ayah,” tandasnya.
Dalam sambutannya, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN, Wihaji, menyatakan bahwa tantangan hari ini adalah teknologi. Ia mengatakan kebiasaan rebahan pada anak akibat perkembangan teknologi adalah masalah yang harus diatasi, dan ngobrol dengan keluarga menjadi salah satu solusi mengatasi hobi rebahan atau bermalas-malasan sambil menggulir atau scrolling di gawai.
“Coba tanya anak usia 10-24 tahun, sekarang hobinya rebahan, malas bergerak (mager), semua urusan selesai dengan handphone, maka ngobrol dengan keluarga ini solusi daripada ngobrol sama ponsel, gerakan ngobrol dengan keluarga,” ucapnya.
Wihaji juga menekankan pentingnya peran ayah dalam membangun kedekatan dengan keluarga, terutama anak, dan bukan hanya menyerahkan tanggung jawab kepada ibu. Menurutnya, pentingnya peran ayah ini juga agar tidak hanya memberi sentuhan fisik, tetapi juga menumbuhkan kedekatan dengan keluarga, utamanya anak.
“Ayah harus hadir, jangan menyerahkan semua kepada ibu, menyusui dan lain sebagainya, penting untuk memberi sentuhan, ada chemistry,” tandasnya.
Sekadar diketahui, kegiatan ini juga dihadiri oleh mitra kerja strategis BKKBN, termasuk Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Banten, Kepala Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan Dinas Sosial Provinsi Banten, serta organisasi profesi seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan HIMPSI, Komisi Nasional Perlindungan Anak Provinsi dan Kab./Kota se-Provinsi Banten, serta komunitas parenting yang mendukung pengasuhan anak. (RED)
Discussion about this post