Kondisi ini tidak terlepas dari peluang kebutuhan kapasitas minyak mentah (crude) selama 10 tahun mendatang berkisar sekitar 6 juta barel hingga 13 juta barel. Dari jumlah tersebut sekitar 22 persen masih dilayani oleh pihak ketiga dan 78 persen sisanya oleh Pertamina.
Selama tahun 2021 PIS juga telah menerapkan ketentuan penggunaan bahan bakar bersulfur rendah (Low Sulphur Fuel Oil atau LFSO) pada seluruh armada yang dioperasikan, sesuai regulasi IMO 2020 yang ditetapkan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI.
Pasokan LSFO diperoleh dari RU III Plaju dan RU V Balikpapan. Penerapan LSFO bertujuan mendukung reduksi emisi SOx dari operasional kapal, sehingga akan mengurangi dampak pencemaran udara bagi populasi di sekitar pelabuhan maupun pantai.
Superintendent Receiving Storage and Distribution pada Terminal LPG Tanjung Sekong, Iskandar Zulkarnain mengatakan, pihaknya memproduksi tiga produk yakni propane, butane dan elpiji mix. Mix sendiri merupakan gabungan propane dan butane.
“Kalau elpiji mix itu untuk elpiji rumah tangga, kalau propane itu produk seperti untuk pendingin AC (Air Conditioner), kalau butane bisa untuk korek api gas, tabung bertekanan seperti parfum,” kata Iskandar, Senin (30/10).
Kemudian dikatakan Iskandar, bahan produksi propane dan butane berasal dari impor. “Kita menerima bahan dari impor, kita tampung kemudian didistribusikan,” ujarnya.
Dikatakan Iskandar, distribusi elpiji dilakukan ke banyak tempat bahkan jumlahnya sampai ke belasan kota. “Kita sebagai suplai poin dari lokasi terminal lain, seperti Tanjung Priok, Padang, Palembang, Cilacap, sampai ke Makassar dan banyak tempat lain, kalau itu menggunakan kapal,” paparnya.
Ia menerangkan, selain menggunakan kapal, pihaknya juga melakukan suplai dengan mobil tangki untuk gas elpiji mix distribusi ke Banten, DKI Jakarta dan sebagian Jawa Barat. “Dalam sebulan, kita produksi rata-rata di sekitaran 45.000 metrik ton sampai 50.000 metrik ton. Itu memenuhi sekitar 40 persen kebutuhan nasional,” terangnya.
Discussion about this post