LSI Denny JA, atau Denny JA karena kiprahnya di lembaga survei sudah mendapatkan penghargaan dari majalah TIME. Juga penghargaan dari Guiness Book of World Record karena memecahkan rekor dunia untuk pendidikan politik. Juga penghargaan dari Twitter dan dari organisasi wartawan: PWI Jaya dan penghargaan dari kampus.
“Ada pula lembaga survei, ataupun tokohnya, yang tak terlihat penghargaannya. Tapi tentu ini tak berarti lembaga itu otomatis tidak kredibel,” jelas Denny JA.
Namun penghargaan dari lembaga nasional, apalagi internasional yang besar, menjadi bukti publik menilai kiprahnya. Dan, lembaga yang sudah susah payah membangun reputasi, tentu akan aneh jika ia menjatuhkan dirinya sendiri.
Tips ketiga, survei juga harus dilihat dalam kerangka waktu. Survei itu hanyalah potret ketika saat survei itu dilakukan. Waktu yang berbeda dapat pula menghasil survei yang berbeda.
“Pertanyaan khas dan standar dalam survei: Jika Pilpres/Pilkada terjadi hari ini, siapakah Capres yang ibu/ bapak pilih?” katanya.
Menurutnya, jika muncul pertanyaan seperti itu, tandanya survei itu sedang memotret sikap responden pada saat survei itu dilakukan. “Itu artinya survei memotret sikap responden di hari ini, hari survei dilakukan,” kata Denny JA.
Dikatakan Denny JA, pesona Capres bisa naik dan turun. Capres yang sangat populer di survei bulan Juni, misalnya, bisa jatuh tiga bulan lagi di bulan September. “Itu karena ia membuat blunder,” kata Denny JA.
Sebaliknya, Capres yang buncit di Desember, bisa jauh lebih tinggi di Februari. Itu karena sosialisasi sang Capres yang fenomenal. Contohnya, Pilkada DKI 2017. Pada Januari 2017, LSI Denny memotret Anies nomor buncit saat itu. Tapi di April 2017, pihaknya mengumumkan Anies akan menang di Pilkada DKI, mengalahkan Ahok.
Mengapa LSI Denny JA di pilkada 2017, mengumumkan posisi Anies yang berbeda antara Januari ke April, kata Denny JA, itu karena elektabilitas Anies memang berubah di lapangan. Survei yang kredibel mampu memotret perubahan itu.
“Perhatikan saja beberapa publikasi LSI Denny JA di Pilpres kali ini. Walau Anies selalu buncit, juga di survei lembaga lain, selalu ada teks: pelajaran dari Pilkada DKI. Yang nomor buncit selalu potensial menyusul,” kata Denny JA.
Discussion about this post