Sejumlah partai non-parlemen diperkirakan bakal turut memperkuat koalisi pengusung Prabowo, seperti PSI (6,0 persen), Gelora (0,8 persen), dan PBB (0,7 persen). Ganjar hanya didukung oleh PPP (2,8 persen), Perindo (1,8 persen), dan Hanura (0,3 persen).
Sementara itu Anies hanya didukung oleh Demokrat (8,6 persen), PKS (4,1 persen), dan Nasdem (2,6 persen). Elektabilitas ketiga partai cenderung turun sejak awal 2020, sejalan pula dengan merosotnya dukungan terhadap Anies.
“Strategi cawe-cawe Jokowi dengan mendukung dan membesarkan Prabowo tampaknya berhasil menggerus basis pemilih Anies, sehingga terjadi migrasi dukungan dari Anies yang sebagian besar mengarah ke Prabowo,” tandas Rudi.
Di sisi lain, kenaikan elektabilitas Prabowo yang berimbas pada melejitnya Gerindra berpotensi membuat PDIP terjungkal dari posisi unggul. “Pada titik ini PDIP bakal menyadari kepentingannya terancam, apakah akan terus bertentangan dengan Prabowo ataukah berkompromi,” pungkas Rudi.
Masih tersisa waktu dua bulan menuju pendaftaran capres-cawapres di KPU, publik bakal disajikan dinamika yang semakin ketat. Partai-partai lain yang belum tampak arah dukungannya adalah PKN (0,1 persen), Garuda dan Buruh nihil dukungan, serta sisanya tidak tahu/tidak jawab 20,0 persen.
Survei Y-Publica dilakukan pada 7-15 Agustus 2023 kepada 1200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Data diambil melalui wawancara tatap muka terhadap responden yang dipilih secara multistage random sampling. Margin of error ±2,89 persen, tingkat kepercayaan 95 persen. (RMID)
Berita ini telah tayang di https://rm.id/baca-berita/parpol/185006/survei-ypublica-gerindra-panen-coattail-effect-pdip-terancam-gagal-hattrick
Discussion about this post