Kalau misalnya dia terbiasa dengan srawung atau berkumpul dengan orang lain dan juga
bercanda, maka upaya radikalisasi itu akan sering bertemu dengan jalan buntu, ujarnya.
Kepada kaum muda, Septiaji berharap agar mereka bisa bersikap rasional dalam menanggapi
sebuah informasi. Rasionalitas, ucapnya, ditandai dengan bagaimana seseorang sadar diri
untuk melakukan pengecekan pada sumber informasi pembanding.
Selain itu, ia juga mendorong generasi muda Indonesia untuk memperbanyak produksi
konten media sosial yang moderat. Hal itu bertujuan menekan masifnya konten radikal di
internet.
“Jadi, harus ditenggelamkan pandangan-pandangan radikal itu dengan cara memperbanyak,
memperbaiki, dan membuat konten-konten yang mengajak masyarakat menjadi lebih
moderat,” ujarnya.
Dia menambahkan kemampuan berlogika dan berpikir kritis kaum muda Indonesia perlu
ditingkatkan agar tidak terjebak dalam ruang gema (echo chamber) media sosial yang
membahayakan.
“Saya rasa kemampuan berlogika dan berpikir kritis masih sangat kurang di generasi muda
kita. Perlu rasanya kita bisa memahami kesalahan-kesalahan dalam berlogika, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan untuk berpikir kritis,” imbuhnya. (ANT/AZM)
Discussion about this post