“Jadi tidak boleh itu kalau satu kali remas itu, dua orang bergantian. Tidak boleh. Satu kali masuk tangannya (aduk dan remas) 15 menit baru keluar. Hasilnya ini,” ujarnya sembari mengangkat botol biosaka yang sudah jadi.
Satu botol biosaka ukuran 500 mililiter, ungkap Syahrul, bisa digunakan untuk menyemprot satu hektare tanaman. Hasilnya pun, sangat terasa. Perbedaan antara tanaman yang diberi biosaka dengan yang tidak, rata-rata bedanya 1 hingga 3 ton. Misal, kalau padi yang tidak menggunakan biosaka hasilnya 5 ton per hektare, maka padi yang menggunakan biosaka itu bisa menjadi 7 ton per hektare.
Dan yang lebih penting, biosaka ini bisa menyuburkan tanah dan sangat signifikan dalam mengurangi penggunaan pupuk kimia. “Penggunaan pupuk kimia apalagi pupuk subsidi turun sampai 50 persen (tahun pertama, red),” sebutnya.
Begitu masuk tahun ke dua, lanjutnya, penggunaan pupuk kimia tinggal 40 persen dan biosaka 60 persen. Bahkan ada daerah yang mampu menekan penggunaan pupuk kimianya tinggal 20 persen dengan penggunaan biosaka ini.
“Jadi penurunannya itu luar biasa. Penggunaan satu hektare untuk pupuk kimia itu sekitar 12 sampai 22 sak, itu terlalu banyak. Nah dengan biosaka ini, cukup 6 sak,” ungkap Syahrul.(PBN/RMID)
Discussion about this post