Sebab dalam pemenuhannya, masyarakat pedesaan dianggap mampu mengatasi masalah kenaikan harga pangan di pasaran, caranya dengan memanfaatkan persediaan barang kebutuhan yang tersedia di lahan-lahan pertanian yang mereka miliki.
“Di perkotaan itu cenderung masyarakat kita kan punya penghasilan tetap, itu tadi, pedesaan itu tidak penghasilan tetap berubah-ubah. Walaupun terbatas tetapi mereka bisa mencukupi kebutuhan dasarnya, makanan itu dari hasil kebunnya,”
“Jadi kalau kita di perkotaan, rasa-rasanya kurang bisa banyak beli nasi, beras, sayur atau sebagainya tapi biasa mereka tidak harus beli ya. Tidak berpengaruh pendapatannya berkurang atau apa, dia masih mengkonsumsi ikan dari usaha perikanannya, atau dari tanaman pangan dan sebagainya,” terangnya.
Meski terjadi perbedaan tingkat kemiskinan di perkotaan dan pedesaan, namun secara keseluruhan tingkat kemiskinan di Provinsi Banten pada periode Maret 2023 terhadap September 2022 diklaim mengalami penurunan, kendati tidak signifikan.
Hal itu bisa dilihat pada periode tersebut, tercatat tingkat jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten mencapai 6,17 persen. Capaian tersebut berhasil menempatkan Provinsi Banten di urutan kesembilan dari 34 provinsi dengan tingkat kemiskinan terendah di Indonesia.
“Demikian Banten memang angka kemiskinan kita cukup rendahlah di tingkat nasional, dari 34 provinsi itu terendah yang kesembilan,” katanya.(MG-01/PBN)
Discussion about this post