Sejak Kamis (6/7) hingga Minggu (9/7), BANPOS terus berkoordinasi dengan Hadian. Pada Minggu (9/7), Hadian memberikan konfirmasi terkait dengan dugaan kerusakan yang terjadi di bendungan Sindangheula. Sayangnya, dia justru malah menjelaskan terkait dengan pekerjaan ‘Pembangunan Pintu Early Release bendungan Sindang Heula di Kab. Serang, Prov. Banten’.
“Bukan perbaikan, justru ada proyek baru pintu early yang sudah selesai. Jadi kalau kerusakan jalan itu kan ada keluar masuk alat berat, sudah biasa. Ada penyempurnaan untuk bendungan Sindangheula,” ujarnya.
Saat dipertegas terkait dengan dugaan kerusakan yang disebutkan oleh sumber BANPOS, dia mengelak dan mengatakan bahwa persoalan itu sudah pernah diklarifikasi langsung kepada Andika Hazrumy dan Syafrudin.
“Itu kan dari dulu sudah dijawab, bahkan kita kan kunjungan langsung. Mas kan tahu di atas itu ada tambang pasir, terus juga ada penyempitan. Lalu sepanjang aliran kali Cibanten itu sudah banyak pemukiman-pemukiman yang membuat penyempitan kali,” terangnya.
Di waktu yang sama namun pada momen yang berbeda, saat ditanya melalui pesan WhatsApp soal dokumen KAK yang mencantumkan keterangan bahwa terdapat sejumlah kerusakan, baik fisik maupun pada katup pemancar air, ia tidak menjawab.
Sejumlah pertanyaan mendetail telah disampaikan kepada Hadian, dengan harapan dapat dijawab secara tertulis. Akan tetapi hingga berita ini diterbitkan, Hadian tidak juga memberikan jawaban tertulis dari Kepala BBWSC3, meskipun dia mengaku jawabannya sudah dikonsep.
Salah satu penyintas banjir bandang Kota Serang, Hadiroh, mengaku kecewa apabila dugaan BBWSC3 menutupi penyebab yang sebenarnya atas peristiwa banjir bandang itu benar. Pasalnya jika benar demikian, BBWSC3 telah berbohong selama lebih dari setahun, atas kelalaian mereka dalam mengelola bendungan Sindangheula.
“Sangat kecewa jika memang benar ini ditutup-tutupi. Kami sekeluarga kehilangan rumah hingga harta kami dan sejak peristiwa banjir sampai sekarang masih bertahan di kontrakan, harus juga jadi korban kebohongan kalau dugaan itu benar,” ujarnya kepada BANPOS.
Ia mengatakan, masyarakat Kota Serang yang menjadi penyintas banjir bandang, harus rela menelan kerugian atas peristiwa itu. Sangat tidak adil apabila BBWSC3 begitu saja mencuci tangan atas dugaan kelalaian tersebut, dan lepas tanggung jawab atas ribuan keluarga yang terdampak.
“Jika memang benar, kenapa harus ditutupi? Apa karena takut disalahkan? Takut dimintai tanggung jawab? Mereka kan bekerja juga bukan dari uang pribadi mereka, tapi dari uang kami juga masyarakat. Saya juga ingat, kami-kami diminta untuk bersyukur karena adanya bendungan, bikin banjir enggak semakin parah. Mungkin bendungannya nggak salah, tapi kalau manajemennya buruk kan kami juga yang jadi korban,” tegasnya.
Bahkan menurutnya, keringnya air di bendungan Sindangheula, seolah menjadi isyarat dari alam untuk menimbulkan kisah yang telah lama tenggelam, di dasar pondasi bendungan tersebut. Ia pun berharap, pemerintah pusat selaku atasan BBWSC3 ataupun pihak berwenang lainnya, dapat melakukan investigasi atas dugaan tersebut.
“Bukan untuk balas dendam sih, tapi sebagai langkah pencegahan supaya ke depan enggak ada kesalahan manajemen lagi dalam pengelolaan bendungan Sindangheula. Kalau seperti itu, kejadian seperti 1 Maret kemarin bisa terulang, rakyat lagi yang jadi korbannya kan,” tegas dia. (MUF/DZH/ENK)
Discussion about this post