Berdasarkan pantauan BANPOS di bendungan Sindangheula, kondisi air di sana memang surut. Tak ada air yang dibendung, hanya aliran air normal sebagaimana sungai pada umumnya. Sejumlah titik pun coba dipantau oleh BANPOS, seperti lokasi jalur limpahan air atau spillway.
Dari hasil pantauan, jalur limpahan air tersebut dalam kondisi yang kering. Endapan lumpur di sana terlihat sudah mengering hingga menjadi tanah. Bahkan, tanaman-tanaman liar pun banyak yang tumbuh di atasnya.
Sementara pada bagian utama bendungan, beberapa pekerja konstruksi terlihat tengah mengerjakan penataan batu-batu (Riprap) pada dinding utama bendungan. Tiga eskavator dioperasikan untuk melakukan pekerjaan itu.
Berdasarkan penelusuran BANPOS di situs LPSE Kementerian PUPR, nama pekerjaan yang tengah dilakukan adalah ‘Penyempurnaan Konstruksi Bendungan Sindang Heula; 0 Unit; 0 juta m3; F; K; SYC’, dengan nilai pagu anggaran sebesar Rp9 miliar, dan nilai kontrak sebesar Rp7.019.330.900. Pemenang tendernya ialah CV Langgeng Berdikari, perusahaan yang berbasis di Lombok Barat, Nusa Tenggara Timur.
Pekerjaan konstruksi itu dibarengi dengan pekerjaan supervisi, yang dimenangkan tendernya oleh CV Patoya Indah yang berbasis di Samarinda, Kalimantan Timur. Nilai pagu anggarannya yakni Rp1 miliar, dan nilai kontrak yang disepakati sebesar Rp869.371.425.
Dari hasil penelusuran dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) pada pekerjaan ‘Penyempurnaan Konstruksi Bendungan Sindang Heula; 0 Unit; 0 juta m3; F; K; SYC’, pihak SNVT Pembangunan Bendungan pada BBWSC3 selaku PPK kegiatan menuliskan bahwa pekerjaan tersebut memang dilatarbelakangi oleh peristiwa 1 Maret 2022.
Pada bagian ‘Gambaran Umum’ dokumen tersebut, tertulis sebagai berikut:
Pada tanggal 1 Maret 2022, terjadi banjir di Daerah Aliran Sungai Cibanten. Hal ini dikarenakan setelah hujan datang secara terus menerus dalam 4 hari dengan peningkatan intensitas hujan yang sangat signifikan. Yang mengakibatkan beberapa infrastruktur penunjang pada Bendungan Sindangheula seperti access road (jalan akses ke Bendungan Sindangheula) dan jalan operasional ke v-notch mengalami longsor pada bagian bahu jalan, terganggunya instrumentasi pada bendungan Sindangheula, terjadi permasalahan pengoperasian pada komponen hidromekanikal (Hollow Jet) sehingga membutuhkan penanganan yang segera agar supaya tidak bertambah kerusakannya apabila terjadi curah hujan yang cukup tinggi yang akan berakibat pada terkendalanya petugas operasi dan pemantauan dalam melaksanakan tugas rutin lapangan. Pekerjaan pada paket ini memiliki ruang lingkup pekerjaan besar, mempunyai tingkat risiko tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan dan penggantian pada bagian infrastruktur yang rusak dan atau dimakan usia operasional bendungan Sindangheula.
Sementara pada tujuan pelaksanaan kegiatan, disebutkan bahwa terdapat tiga hal. Pertama, meningkatkan mutu dan estetika pada area hulu bendungan Sindangheula dengan memakai material batu bolder diameter 30 – 50 cm. Kedua, meningkatkan fungsi dari peralatan instrument (strong motion acceleograph) pada bendungan Sindangheula yang dari semasa pembangunan, masih belum memadai.
Ketiga, mengoptimalkan sistem pengoperasian pada alat Hidromekanikal yaitu hollow jet valve diameter 1.000 mm dan hollow jet valve diameter 600 mm. Untuk diketahui, hollow jet valve merupakan pintu atau katup pengeluaran, yang berfungsi mengatur pengeluaran air dari waduk ke bagian hilir. Jika di-bahasa Indonesia-kan, hollow jet valve bernama katup lubang pancar.
Nah, katup inilah yang dimaksud oleh sumber BANPOS, mengalami kerusakan sehingga tidak berfungsi pada saat peristiwa 1 Maret 2022. Hal itu diperkuat dengan pernyataan dari salah satu warga setempat, sebut saja Roni.
Kepada BANPOS, Roni yang ditemui di instalasi katup lubang pancar saat hendak mencari ikan mengatakan bahwa pada saat sebelum dan sedang berlangsungnya banjir bandang di Kota Serang, katup tersebut tidak dibuka oleh pihak pengelola bendungan.
“Saya mah orang awam yah mas, tapi saya tahu dari awal bendungan ini dibangun seperti apa. Nah pada saat kejadian waktu itu, pintu air (katup pemancar) ini kering, enggak dibuka. Iya ditutup, kering ini alirannya,” ujar dia.
Menurut dia, pada saat para pimpinan daerah datang ke Bendungan Sindangheula pascabanjir bandang, seingat dia tidak ada yang menyampaikan perihal hal tersebut. Para pimpinan yang hadir, yakni Andika Hazrumy yang pada saat itu masih menjabat sebagai Wakil Gubernur, dan Walikota Serang, Syafrudin, datang hanya untuk mengonfirmasi apakah bendungan itu jebol atau tidak.
“Ramai kan waktu atasan dari provinsi maupun Kota Serang ke sini. Ya kenyataanya gitu, bukan jebol, tapi airnya tumpah ke sana semua (spillway), karena di sini di tutup total. Kering (aliran) ini mah. Tumpah di sana, sampai ngelewatin batas itu,” ungkapnya.
Discussion about this post