“Saya cek ke lokasi, POPT cek ke lokasi, PPL cek ke lokasi. Tidak sampai ratusan hektare, akumulasi hanya 40-50 hektare. Memang di tiap blok sawah ada yang kena wereng batang cokelat (WBC),” tuturnya.
Dalam hal ini, Korluh menyarankan, sejak dua bulan pasca tanam, para petani sebaiknya mendaftar Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP) guna mengantisipasi kerugian gagal panen.
“Sebenarnya antisipasi awal yaitu bisa mendaftar kan Asuransi Usaha Tanaman Padi (AUTP) dengan daftar Rp36 ribu per ha atau Rp3 ribu per kotak. Ketika ada gagal panen, 70 persen ada penggantian dari Jasindo Rp6 juta per ha atau Rp500 ribu per kotak,” paparnya.
Saat disinggung terkait keluhan petani yang menyampaikan salah satu faktor gagal penen yaitu kurangnya penyuluhan dari pihak terkait, Atep menganggap para petani sudah paham.
“Petani Wanasalam udah pintar semua, belajarnya dari petani Cikeusik Kecamatan, terus tahu dari mulut ke mulut. Tapi ada petani yang tidak mampu membelinya (pestisida-Red), jadi permasalahannya sudah ketahuan,” jelasnya.
Pada bagian saat ditanya terkait peran Mantri Tani Desa (MTD), Atep menyebut penyuluh ranahnya hanya dengan PPL. Sedangkan MTD kaitannya dengan desa masing-masing. “Korluh mah hanya membawa PPL, untuk MTD mah ada di desa. Kalau MTD-nya rajin, mau ke lapangan dan BPP, kalau yang malas mah ya di kantor desa aja,” paparnya. (WDO/DZH)
Discussion about this post