Berbagai kondisi tersebut menurut Ikhsan, akan menjadi wajar apabila Al Muktabar menunjukkan arogansinya dalam memimpin Pemprov Banten. Terlebih, Al Muktabar pun merupakan sosok yang pernah disingkirkan, dan berhasil kembali hingga disematkan status Steward oleh Pemerintah Pusat, untuk menghangatkan singgasana Banten.
“Dari kondisi tersebut diatas maka arogansi jabatan menjadi pilihan yang tidak bisa ditolak. Penjabat Gubernur menjadi inti patron klien yang merasa menang setelah disingkirkan dan merasa dekat dengan istana. Di sisi lain ASN yang merasa terancam atau kedekatannya belum membuahkan hasil, menjadi beban birokrasi sekaligus beban masyarakat,” ungkapnya.
Arogansi Al Muktabar bahkan disampaikan oleh mantan pimpinannya sendiri, Wahidin Halim. Pria yang tengah menjadi warga biasa Cipinang Kota Tangerang itu menilai bahwa gerak-gerik Al Muktabar dalam memimpin Banten, terkesan terlalu diatur dan ditekan oleh Partai Politik tertentu.
“Bertindak (Al Muktabar) atas pesanan seseorang dan Banten flashback seperti 20 tahun yang lalu. Pj (Al Muktabar) dalam tekanan politik dan mengangkat seseorang berdasarkan pesanan. Akhirnya dipaksa berbuat sewenang-wenang,” ujarnya melalui pesan singkat.
Dan yang lebih ironis sekali menurut Wahidin, Al Muktabar dalam menjalankan roda pemerintahan menganggap para bawahannya pada struktur OPD bukan sebagai mitra, melainkan musuh politik. “Pj juga berpolitik dengan memandang dan memperlakukan bawahan sebagai lawan politik,” kata pria yang akrab disapa WH.
Pengangkatan Virgojanti sebagai Pelaksana Harian Sekda pun dinilai olehnya tidak dilakukan berdasarkan putusan atas dasar kompetisi yang adil. “Saya tidak dalam posisi setuju atau tidak setuju terhadap Bu Virgo. Tapi harusnya ada kontes. Ambil dari tiga birokrat terbaik,” tandasnya.(DZH/ENK)
Discussion about this post