“Tapi kalau sekarang, ya pastinya ini menjadi masalah. Karena kita ini kuliah enggak gratis loh, kita ini bayar setiap semesternya Uang Kuliah Tunggal (UKT). Jadi agak lucu aja ketika kita disuruh patungan untuk memberikan apa yang mereka sebut sebagai kenang-kenangan. Seolah-olah belum cukup kita membayar UKT yang tidak sedikit itu,” katanya.
Ocay mengaku bahwa dirinya tergerak untuk speak up lantaran baru tahu bahwa FISIP Untirta masih melakukan tradisi tersebut sampai saat ini. Itu dia ketahui setelah kenalannya yang mengikuti wisuda fakultas di tahun ini, mengaku juga diminta untuk memberikan sesajen kepada fakultas, berbentuk kulkas satu pintu.
“Diminta untuk patungannya sih sebesar Rp50 ribu. Untuk beli kulkas satu pintu, dan ternyata juga diminta untuk memberikan sajen ke staf di jurusannya. Jadi stafnya juga dikasih kipas masing-masing satu. Kalau memang orang itu berkecukupan, pasti ngerasa biasa aja sih. Tapi kan ada orang yang memandang Rp50 ribu itu besar,” tegasnya.
Sementara itu, salah satu peserta wisuda fakultas gelombang pertama di tahun 2022 yang enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa dirinya memang diminta untuk patungan, lantaran diminta oleh fakultas untuk menyediakan kenang-kenangan untuk masing-masing jurusan. Selain kenang-kenangan untuk lembaga, mereka juga diminta untuk memberikan kenang-kenangan untuk staf di masing-masing jurusan.
“Kalau untuk jurusan itu diminta oleh Ketua Jurusan langsung, bentuknya kulkas. Jadi itu by request memang. Lalu ada permintaan juga untuk menyediakan kepada masing-masing staf jurusan. Kalau gelombang wisuda fakultas saya, stafnya dibelikan kipas angin,” ujarnya kepada BANPOS.
Ia menuturkan, untuk patungan dari masing-masing wisudawan fakultas di gelombang yang dia ikuti, sebesar Rp50 ribu. Uang tersebut dikolektif oleh perwakilan mahasiswa yang wisuda di gelombang tersebut. Perwakilan mahasiswa itu yang nantinya berkomunikasi dengan Ketua Jurusan, untuk menanyakan mau dibelikan apa.
“Memang ini berangkatnya dari salah satu staf yang menyampaikan bahwa wisudawan harus menyiapkan kenang-kenangan untuk jurusan dan staf. Tidak ada kata wajib memang, tapi kami yang menjadi pesertanya, langsung overthinking jika ini wajib diberikan. Apalagi dari isu yang sudah turun temurun kami dengar, kalau enggak ngasih kenang-kenangan maka pin ijazah kita bakal dikasih yang lokal, bukan yang nasional,” ungkapnya.
Discussion about this post