JAKARTA, BANPOS – Ketua MPR Bambang Soesatyo bersama pecinta binatang Irfan Hakim mengapresiasi pelaksanaan lomba burung berkicau memperebutkan Piala Ketua MPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (28/8). Lomba burung berkicau yang digelar untuk kedua lainya di kompleks ini merupakan manifestasi nyata dari visi MPR sebagai rumah kebangsaan, rumah bagi segenap anak bangsa dan seluruh elemen masyarakat, termasuk komunitas pecinta burung.
Bamsoet, sapaan akrab Bambang, menyatakan, di satu sisi, penyelenggaraan ajang kontes burung dapat menjadi wadah penyaluran hobi yang telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia sejak 1970-an. Di sisi lain, penyelenggaraan acara ini juga melibatkan peran serta banyak UMKM, sehingga berdampak nyata pada perekonomian rakyat.
“Belum lagi dari aspek edukasi kepada masyarakat, untuk lebih mencintai satwa khususnya burung, hingga terlibat aktif dalam kegiatan penangkaran,” ujar Bamsoet.
Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, kegiatan penangkaran burung penting. Sebab, meskipun Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang kaya dengan 1.812 spesies burung, namun juga menjadi negara dengan jumlah spesies burung terancam punah terbanyak di dunia, sekitar 177 spesies atau 12 persen dari keseluruhan burung terancam punah di dunia.
“Kegiatan lomba burung berkicau kali ini terasa istimewa, setidaknya karena dua hal. Pertama, dari banyaknya peserta yang mengikuti lomba dengan total 1.600 burung dari komunitas pecinta burung berbagai wilayah, yaitu Sumatra, Jakarta, Jabar, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Kedua, karena lomba pada hari ini diselenggarakan sekaligus bersamaan dengan Sosialisasi Empat Pilar MPR,” kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menerangkan, Empat Pilar MPR adalah nilai-nilai fundamental bangsa yang telah diwariskan para pendiri bangsa, yaitu Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Pancasila adalah representasi pola dasar ke-Indonesiaan yang membentuk karakter, dan mengontrol bagaimana anak bangsa mengalami dan menafsirkan dunia. Pola dasar itu tumbuh dari akar budaya dan kesejarahan dalam masa yang panjang yang menjadi titik temu dari beragam kemajemukan.
Discussion about this post