SERANG, BANPOS – Satpol PP Provinsi Banten mengaku telah berkali-kali memerintahkan penertiban pada Jembatan Aria Wangsakara (Jawara). Akan tetapi, baik pedagang maupun muda-mudi tetap menggunakan jembatan tersebut sebagai tempat nongkrong dan berjualan.
Kepala Satpol PP Provinsi Banten, Agus Supriyadi, mengatakan bahwa dirinya telah berkali-kali memerintahkan penertiban Jawara kepada anggotanya. Akan tetapi meski telah ditertibkan, tetap saja Jawara selalu ramai oleh pedagang dan muda-mudi untuk nongkrong.
“Sudah saya perintahkan dua kali penertiban, jadi pengosongan tempat-tempat jangan sampai ada pedagang-pedagang,” ujarnya kepada awak media, Jumat (20/5).
Agus mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan DPUPR Banten, agar pada Jawara dipasang rambu-rambu dilarang setop. Meskipun diakui olehnya, tingkat efektifitas rambu-rambu tersebut pun kurang maksimal.
“Karena mungkin dianggap sebagai tempat wisata, jadi pada foto-foto segala macam dan itu pedagang kaki lima mulai berdatangan di situ dan kita sudah melakukan penindakan,” ungkapnya.
Agus pun mengakui bahwa terdapat keluhan berkaitan dengan sampah yang sering tersisa dari kegiatan nongkrong muda-mudi di sana. Agus menuturkan jika hal itu juga mendapat perhatian dari Pemprov Banten.
“Saat ini yang saya dengar langsung dari PUPR, provinsi turun langsung untuk membersihkan itu. walaupun kewenangannya ada di wilayah kabupaten/kota, karena kewenangan sampah ada di kabupaten/kota untuk penyelenggaranya,” ungkap Agus.
Ia menuturkan bahwa Satpol PP juga telah berkomunikasi dengan pihak DPUPR, agar mereka selaku penanggungjawab Jawara dapat berkoordinasi dengan Dinas LH di Kota Serang, berkaitan dengan pembersihan sampah di Jawara.
“Tapi saat ini memang kami (Pemprov) tangani dulu. Memang betul, jadi kumuh. Padahal itu jembatan terlebar se-Indonesia, 33 meter lebih, kemarin dapet MURI,” ucapnya.
Saat ini pun anggota Satpol PP Banten kerap ditugaskan untuk berpatroli di Jawara. Dirinya sendiri selaku Kasatpol PP kerap memantau kondisi Jawara, dan menegur langsung kepada pedagang yang ditemui di sana.
“Jadi tidak ditertibkan selamanya,btapi dipatrolikan. Kalau misalnya dipatrolikan ternyata masih kosong, kalau misalnya ada pedagang saya tegur, kalau misalnya ada banyak, saya perintahkan anggota supaya ditertibkan,” tandasnya.
Sebelumnya, Ketua Presidium Gerakan Pemuda Kota Serang (GPKS), Ahmad Fauzan, mengatakan bahwa pihaknya sudah beberapa kali memantau kondisi di Jawara. Menurutnya, jembatan yang dibangga-banggakan oleh mantan Gubernur Banten, Wahidin Halim (WH), kondisinya tidak jauh berbeda dengan pasar malam.
Ia menuturkan bahwa seharusnya jembatan tersebut steril dari orang-orang yang nongkrong. Pasalnya, Jalan Syekh Nawawi Al Bantani telah menjadi akses utama menuju Pandeglang maupun Ciomas-Padarincang-Anyer.
Fauzan mengaku bahwa kebanggaan yang disampaikan oleh WH dalam pidato peresmian Jawara pada Maret kemarin bahwa jembatan itu menjadi jembatan terlebar dan mendapat rekor muri, menjadi sia-sia lantaran tepi jembatan dijadikan lahan parkir kendaraan mereka yang nongkrong.
Di beberapa kesempatan, pihaknya juga melihat adanya keributan yang terjadi di atas jembatan. Meskipun hanya perkelahian kecil, namun jika dibiarkan dapat menjadi gangguan Kamtibmas yang lebih besar.
Maka dari itu, ia mendesak agar Pemerintah, baik Pemkot Serang maupun Pemprov Banten, hingga aparat berwenang seperti Kepolisian agar dapat menertibkan Jawara dari kelompok pemuda yang sering nongkrong di sana.
“Bisa ditempatkan Satpol PP maupun petugas Kepolisian di sana. Jangan sampai menunggu insiden terlebih dahulu baru bergerak,” tandasnya. (DZH/AZM)
Discussion about this post