Sementara, Kanselir Jerman Olaf Scholz menawarkan kerja sama Prancis-Jerman yang berkelanjutan, yang dianggap sebagai mesin integrasi Eropa. Draghi, Scholz dan Macron disebut trio penguat UE.
Banyak pemimpin menyebut Macron sebagai “cher (sayang) Emmanuel”. Ia dinilai sebagai satu pemimpin yang paling pro-Uni Eropa. Visinya dianggap akan membantu menghadapi kebangkitan China dan ancaman militer Rusia.
PM Spanyol Pedro Sanchez yang men-tweet ucapan selamat kepada Macron, sebelumnya menulis opini di harian Prancis Le Monde bersama PM Portugal Antonio Costa dan Kanselir Scholz, mengkritik Le Pen dan mendesak rakyat Prancis memilih Macron.
“Peluang akan ada Pemerintah pro-Eropa di Prancis dan Jerman setidaknya selama empat tahun ke depan, harus diambil,” kata Anton Hofreiter, Ketua Komite Eropa di Bundestag (Parlemen Jerman).
Macron yang merupakan petahana memenangkan pemilu putaran kedua melawan Le Pen, Minggu (24/4). Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri Prancis, Macron meraih 58,6 persen suara, diikuti Le Pen 41.4 persen. Dengan kemenangan ini, Macron menjadi Presiden Prancis pertama dalam 20 tahun terakhir yang terpilih kembali untuk periode dua jabatannya.
Ratusan demonstran turun ke jalanan Paris dan Kota Rennes, memprotes terpilihnya Macron. Namun polisi telah membubarkan massa dengan menggunakan gas air mata.
Dalam pidato kemenangan di Champ de Mars di lapangan di pusat Kota Paris di kaki Menara Eiffel, Macron berjanji akan menanggapi kemarahan para demonstran dengan sikap mengayomi.
“Jawaban harus ditemukan atas kemarahan dan ketidaksepakatan. Itu akan menjadi tanggung jawab saya dan orang-orang di sekitar saya,” ucapnya disambut sorakan pendukungnya. Dia juga menjanjikan metode baru untuk memerintah Prancis.
Sementara bagi Le Pen, meski kekalahan ini menjadi pil pahit, dia tidak akan menyerah dan terus melaju. Dia pun bersiap untuk pemilihan legislatif pada Juni mendatang. [DAY/RM.ID]
Discussion about this post