SERANG, BANPOS – Pemerintah Kota Serang bersama dengan Kemenag dan MUI, memberikan sejumlah imbauan kepada masyarakat tentang peribadatan bulan Ramadan, salah satunya melarang masyarakat Kota Serang untuk memproduksi, memperdagangkan, membakar dan membunyikan mercon atau petasan dan sejenisnya yang dianggap membahayakan diri sendiri dan orang lain. Meskipun begitu, tak sedikit warga Kota Serang yang tak menaati surat imbauan tersebut, karena masih banyak warga yang berjualan petasan dengan berbagai jenis dan ukuran.
Salah satu pedagang petasan di Kota Serang, biasa disebut Mahmud, mengungkapkan bahwa dirinya berjualan petasan sejak awal bulan Ramadan. Ia bersama sejumlah rekannya menjual petasan secara terpisah di beberapa lingkungan warga.
“Mulai jualan sejak awal Ramadan, bahkan saya sudah belanja petasan sebelum Ramadan. Lumayan aja sih,” ujarnya.
Ia mengaku, meskipun tak mendapatkan untung yang besar, namun petasan banyak diminati mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Oleh sebab itu, ia berinisiatif berjualan petasan didekat lingkungan warga.
“Karena memang peminatnya juga banyak, biasanya anak-anak kecil beli kembang api, petasan banting, dan lampu neon seperti itu,” tuturnya.
Ia mengaku mendapatkan petasan itu dari pihak ketiga. Kemudian ia menjual kembali petasan yang ia beli secara grosir dengan rekan-rekannya, dengan harga yang cukup terjangkau.
“Saya biasa beli petasan ini dari temen ke temen aja si, kalau belinya barengan lebih murah,” ucapnya.
Saat ditanya apakah ia mengetahui adanya imbauan dari Pemkot Serang terkait dengan larangan memperjual belikan petasan, ia mengaku tidak tahu. Sebab, sudah beberapa tahun ia menggeluti pekerjaan sebagai penjual petasan di bulan Ramadan.
“Sudah biasa saya dan teman-teman jualan petasan, alhamdulillah aman-aman saja,” tandasnya, seraya kembali melanjutkan berjualan petasan.
Pedagang petasan lainnya, Junaedi, mengaku bahwa ia juga hanya menjual petasan di bulan Ramadan saja. Menurutnya, hal ini menjadi salah satu keberkahan baginya, meskipun terkadang banyak dikomplain para orangtua karena anaknya seringkali meminta beli secara terus menerus.
Discussion about this post