Demo yang terjadi menandai perubahan besar pada popularitas Presiden Rajapaksa, yang meraih kekuasaan dengan kemenangan mayoritas pada Pemilu 2019. Saat itu, Rajapaksa menjanjikan stabilitas dan pemerintahan yang kuat.
Pemerintah selama ini menyatakan, krisis terjadi akibat pandemi Covid-19 dan telah menghantam sektor pariwisata, salah satu sumber utama pendapatan Sri Lanka. Selain itu, serangkaian serangan terhadap gereja-gereja pada Minggu Paskah 2019, yang menyebabkan penurunan tajam pada jumlah wisatawan, juga dituding sebagai penyebab lainnya. Namun, para ahli mengatakan, krisis ini sudah terjadi sejak lama.
Para duta besar negara-negara Barat di Colombo telah menyatakan keprihatinannya atas penggunaan UndangUndang Darurat untuk meredam perbedaan pendapat demokratis. Negara sahabat pun terus memantau perkembangan di Sri Lanka. [DAY/RM.ID]
Discussion about this post