KH Taftazani mengakui bahwa tidak semua santri mencapai target hafalan sebanyak itu dalam waktu tujuh hari. Namun, pada umumnya para santri yang masuk program khusus akan mampu menghafal kitab kuning dalam waktu cepat.
“Bagi santri yang memiliki kemampuan di atas rata-rata bisa sangat cepat menghafal kitab kuning. Misalnya tadi, ada santri yang mampu menghafal metode kitab kuning, alfiyah sebanyak 170 bait dan matan fathul qorib hingga bab salat dalam waktu tujuh hari,” katanya.
Padahal, menurut informasi dari wali santri, santri tersebut belum pernah meraih peringkat satu sewaktu masih di sekolah dasar atau hanya masuk tiga besar. Selain itu, santri tersebut tidak terlalu menyukai program hafalan.
Saat ditanya lebih jauh tentang kecepatan menghafal kitab kuning, KH Taftazani menyebut bahwa para santri yang memasuki program khusus harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan pihak pondok pesantren. Misalnya, santri harus menjalankan tirakat dan royadhoh, salat malam dan aturan waktu belajar yang sudah ditetapkan pengelola pondok.
Selain itu, santri yang masuk program khusus harus terlebih dahulu mengikuti program hafalan Alquran. Oleh karena itu, saat santri masuk program khusus, mereka juga harus terus mengulang (murojaah) hafalan Alquran.
“Mengapa bisa cepat menghafal kitab kuning, itu adalah buah tirakat dan riyadhoh yang terus diperjuangkan, puasa daim, tidur hanya sekitar dua-tiga jam, zikir, selain metode pengajaran yang memang sangat spektakuler serta kemampuan para ustaz dalam memberikan bimbingan,” ujarnya.
KH Tahtazani juga sempat menyinggung tentang awal kelahiran metode menghafal kitab kuning. Ia mengatakan, metode itu terlahir dari sebuah diskusi dan eksperimen para santri dan ustaz. Diskusi dan eksperimen tersesebut dilakukan, guna menciptakan metode cepat menghafal kitab kuning.
“Kalau sebelumnya kita lebih banyak mengenal metode menghafal kitab kuning itu di Jawa Tengah atau Jawa Timur, sekarang kami mencoba mengenalkan dan menggunakan metode sendiri. Mudah-mudahan bermanfaat dalam pengembangan keilmuan khususnya di kalangan pesantren,” ucapnya.
Discussion about this post