“Kita harus berguru pada mereka. Bahwa jadi pemimpin itu berat, harus mengabdi, melayani bukan dilayani rakyatnya. Karenanya, mereka adalah tuntunan, bukan tontonan,” terangnya.
Berdasarkan pantauan, Saba Budaya Baduy itu dihadiri juga oleh Sekretaris Jenderal Kornas Ganjarist, Kris Tjantra dan Mazdjo Pray yang merupakan inisiator Ganjarist Indonesia.
Dalam sambutannya, Jaro Saija berterima kasih atas kunjungan para Relawan Ganjarist Banten.
“Kami sangat senang Ganjarist Banten ikut membantu promosikan istilah Saba Budaya Baduy. Karena itu sesuai dengan nilai-nilai adat istiadat kami di Baduy,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Jaro Saidi Putra menyampaikan pesan, bahwa kedepan tantangan bangsa ini semakin berat.
“Makanya siapapun yang memimpin negara ini kedepan, harus mampu menjaga keseimbangan hidup dengan alam, salam hormat buat Pak Ganjar,” tuturnya.
Usai mendapat petuah dari para tokoh adat Baduy, Relawan Ganjarist kemudian melakukan deklarasi di Terminal Ciboleger, Desa Bojong Menteng yang berbatasan dengan tanah ulayat Baduy. Deklarasi yang dilakukan secara sederhana itu berlangsung sangat khidmat, para relawan duduk bersila mengenakan pakaian hitam.
Sekretaris Jenderal Kornas Ganjarist, Kris Tjantra, Ganjarist selalu mengapresiasi kearifan budaya lokal. Deklarasi ini sangat unik, karena bernuansa Baduy, sebagai wujud asli apresiasi terhadap budaya lokal.
“Perjuangan Ganjarist bukan hanya menjadikan Ganjar Pranowo sebagai pelanjut kepemimpinan Jokowi. Tetapi juga menjaga keragaman Indonesia, yang merupakan anugerah terindah bagi kita,” ujar Kris.
Ditanyai tujuan organisasi, Kris menjelaskan bahwa Relawan Ganjarist adalah relawan murni kesadaran politik warga tanpa embel-embel kepentingan.
“Murni mendukung Ganjar Pranowo sebagai sosok yang mampu melanjutkan estafet kepemimpinan Jokowi,” tandasnya. (MUF)
Discussion about this post