SERANG, BANPOS – PT Agrobisnis Banten Mandiri (ABM) yang sudah beroperasi di tahun 2021 ini diprediksi akan kembali merugi seperti tahun 2020.
Diberitakan sebelumnya, berdasarkan laporan keuangan PT ABM tahun 2020
mengalami kerugian sebesar Rp432,042 juta. Uang tersebut digunakan untuk membayar gaji dan tunjangan para petinggi PT ABM, seperti jajaran Direksi dan Komisaris.
Direktur Utama PT ABM, Saeful Wijaya dihubungi melalui telepon genggamnya, Kamis (14/10) membenarkan kerugian tahun 2020 di perusahaannya digunakan untuk membiayai operasional selama tiga bulan. Sementara tahun 2021 ini masih belum dapat dipastikan apakah perusahaan untung atau merugi lagi, meskipun sudah ada bisnis usaha dilakukan.
“Kita dilantik (Direksi dan Komisaris) pada tangga 21 September 2020. Kita mulai kerja di bulan Oktober sampai Desember. Untuk kerugian di tahun 2020 (Rp432, 042 juta) untuk membayar gaji, tunjangan Direksi dan Komisaris, termasuk membayar satu orang staf, dan membeli peralatan kantor,” katanya.
Kerugian tahun 2020 lanjut Saeful tidak bisa dihindari, lantaran PT ABM merupakan perusahaan daerah yang baru terbentuk, dan menghadapi pandemi Covid-19.
“Ditambah lagi kucuran modal yang harusnya Rp300 milar, di tahun 2020 lalu kita hanya diberikan Rp10 miliar, ditambah modal itu dicairkan pada bula Desember,” ujarnya.
Kemudian tahun 2021 ini, PT ABM kembali mendapatkan kucuran modal dari APBD sebesar Rp43 miliar. Dengan demikian total modal yang sudah ada sebesar Rp53 miliar.
“Kita dapat modal lagi kemarin di bulan September, Rp43 miliar,” katanya.
Modal yang ada saat ini lanjut Saeful untuk kerjasama operasional (KSO) seperti penyediaan gudang-gudang untuk sembako. “Dan kegiatan-kegiatan sifatnya trading,” ujar Saeful menegaskan.
Meski telah melakukan kegiatan bisnis sesuai dengan bidangnya, Saeful, menolak merinci keuntungan yang akan diperoleh, lantaran baru memulai dan masih harus menghadapi pademi Covid-19.
“Kami belum bisa menghitungnya. Karena kan masih berjalan, ditambah situasi Covid-19 juga masih jadi hambatan. Karena kita semua tahu, perusahaan manapun banyak tidak berkembang. Contohnya Giant saja sudah lama berdiri, karena Covid-19 ini gulung tikar,” tambah Saeful.
Namun yang pasti, pihaknya selama kurun waktu satu tahun 2021 ini sampai Desember mendatang harus mengeluarkan biaya operasional sebesar Rp3 miliar.
“Satu bulan untuk operasional total 25 orang, mulai dari direksi, komisaris dan staf, kurang lebih Rp250 juta,” imbuhnya.
Disinggung, adanya potensi kerugian PT ABM tahun 2021, Saeful mengaku belum dapat terlihat, meskipun untuk biaya operasional sudah dapat dihitung “Kalau tahun 2021, apakah kita untuk apa tidak nanti akan ketahuan di tahun 2022,” katanya.
Pengamat kebijakan publik, Moch Ojat Sudrajat mengaku tidak terkejut adanya potensi kerugian PT ABM ditahun 2021. Menurutnya, kerugian uang milik rakyat tersebut bakal membengkak.
“Saya sudah memprediksi kalau ditahun 2021 ini PT ABM bakal merugi lagi. Selama ini saya melihat tidak ada kinerja. Kerugiannya saya taksir diatas Rp2 miliar,” ujarnya.
Ditambah bisnis plan atau rencana kerja dari PT ABM ditahun 2021tidak didukung oleh sarana dan prasana, termasuk sumber daya manusia (SDM) seperti, mendirikan Modern Rice Milling Plant untuk pemenuhan kebutuhan petani. Sehingga perusahaan itu dapat melakukan strategi dengan petani lokal, mendirikan Dairy Farm untuk para peternak, melakukan kerjasama dengan para petani dan peternak sehingga terbentuk kawasan agrowisata, dan menjadikan perseroan sebagai penampungan bagi petani dan peternak sehingga menjadi pasar induk untuk kebutuhan masyarakat sekitar dan nasional.
“Melihat program kerja tersebut pada tahun 2020 dan 2021, saya hanya melihat mungkin KSO (gula, dll) yang dapat berjalan dan Banten Berqurban. Selebihnya saya belum melihat atau membaca informasi baik melalui media ataupun website. Jadi menurut saya Dirut ABM (Saeful Wijaya) harus berani mengambil langkah, dengan merevisi business plan-nya,” pungkasnya.(RUS/ENK)
Discussion about this post