“Kota Bekasi, contohnya. Pada laporan kemarin (10/8), dari 397 angka kematian yang dilaporkan, 94 persen di antaranya bukan merupakan angka kematian pada hari tersebut. Melainkan rapelan angka kematian dari bulan Juli sebanyak 57 persen. Serta angka di bulan Juni dan sebelumnya sebanyak 37 persen. Lalu 6 persen sisanya, merupakan rekapitulasi kematian di minggu pertama bulan Agustus,” jelas dr. Panji.
Contoh lain adalah Kalimantan Tengah. Sebanyak 61 persen dari 70 angka kematian yang dilaporkan kemarin, adalah kasus aktif yang sudah lebih dari 21 hari. Namun, baru diperbaharui statusnya.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat drg. Widyawati, MKM mengakui adanya keterlambatan dalam pembaharuan pelaporan dari daerah akibat keterbatasan tenaga kesehatan dalam melakukan input data. Menyusul tingginya kasus di daerah mereka, pada beberapa yang minggu lalu.
“Tingginya kasus di beberapa minggu sebelumnya, membuat daerah belum sempat memasukkan atau memperbarui data ke sistem NAR Kemenkes.” terangnya.
“Lonjakan-lonjakan anomali angka kematian seperti ini akan tetap kita lihat, setidaknya selama dua minggu ke depan ,” tambah drg. Widyawati.
dr. Panji menuturkan, lebih dari 50 ribu kasus aktif saat ini adalah kasus yang sudah lebih dari 21 hari tercatat, namun belum dilakukan pembaharuannya.
“Kita saat ini sedang mengkonfirmasi status lebih dari 50 ribu kasus aktif. Jadi beberapa hari ke depan, akan ada lonjakan angka kematian dan kesembuhan yang bersifat anomali, dalam pelaporan perkembangan kasus Covid-19. Ini justru akan menjadikan pelaporan kita lebih akurat lagi,” terang dr. Panji.
Kementerian Kesehatan sangat mengapresiasi pemerintah daerah, yang telah melakukan pembaharuan data sesegera mungkin.
“Tentunya, ini tidak mengurangi semangat kita untuk terus berpacu menyampaikan data yang transparan dan realtime kepada publik,” tutur drg Widyawati.
Pada bagian lain, anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto kritik rencana pemerintah hilangkan data kematian dalam laporan perkembangan penanggulangan Covid-19. Menurutnya langkah tersebut sangat tidak tepat, karena dapat mengaburkan gambaran jumlah dan persebaran efek fatalitas dari virus itu.
Discussion about this post