Catatan Negatif Pilkada DKI 2017
Jobpie Sugiharto dalam Tempo.co 26 Desember 2017, “Kaleidoskop 2017: Pilkada Brutal Gubernur DKI Jakarta” : Pengamat komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendi Gazali, menilai Pilkada DKI 2017 paling brutal dalam konteks demokrasi di media sosial. Pilkada Jakarta membuat netizen sosial media terbelah menjadi dua kubu yang saling lempar opini negatif.
“Pilkada Jakarta itu Luber. Langsung, umum, berutal,” kata Effendi dalam diskusi “Demokrasi Kebangsaan di Republik Sosial Media” di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) pada Kamis, 23 Maret 2017. Jack Lapian, pendiri BTP (Basuki Tjahaja Purnama) Network, memandang Pemilihan Gubernur DKI 2017 sebagai pilkada terburuk dalam sejarah. “Mulai dari ayat sampai mayat. Terbukti cukup ampuh, ya Pilkada SARA ini,” ujarnya kepada Tempo pada Minggu, 24 Desember 2017. Ampuh yang dia maksud adalah efektif membelah masyarakat dengan kebencian. Ketakutan masyarakat bawah mencuat seiring dengan penolakan sejumlah kelompok mengurus dan mensalatkan jenazah pemilih Ahok pada putaran pertama pilkada 2017 yakni 15 Februari 2017.
Pilkada putaran pertama menghadirkan tiga kontestan, yakni Anies-Sandi, Ahok-Djarot, dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Putaran kedua pada 19 April 2017 adalah pertarungan final Ahok dan Anies Baswedan. Sentimen SARA yang disebar massif di semua lapisan masyarakat dan akhirnya manjur. Putaran ke dua dimenangkan oleh Pasangan Anies-Sandi.
Discussion about this post