Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Cilegon Ismatullah menerangkan bahwa pihaknya saat ini memaksimalkan pembelajaran daring melalui sarana dan prasana yang ada.
“Adapun terkait kaitan dengan pemkot sudah memandatkan kepada dinas pendidikan aktifitas daring itu sehingga berjalan dengan baik dan lancar,” kata Ismatullah.
Menurutnya sejauh ini Dindik Kota Cilegon sudah melakukan pembelajaran dengan sistem online atau daring sesuai dengan arahan dari pemerintah daerah maupun pusat.
“Untuk daring ini ada yang efektif untuk sekolah, orangtua yang memiliki fasilitas lengkap tapi kalau fasilitas yang tidak lengkap itu seperti contoh di Cipala di Gunung Batur terus beberapa daerah di Cibeber yang akses internetnya terkendala itu pada akhirnya kita menggunakan WA (Whatshap), menggunakan daring secara program yang kita lakukan kalau yang dari murni bisa mengakses dari laptop dari akses wifi maupun internetnya ada, sehingga itu berjalan karena fasilitas sekolah, fasilitas orang tua lengkap,” terangnya.
“Jadi kalau disebut efektifnya ya efektif untuk yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai,” sambung Ismatullah.
Mantan Kabag Kesra Setda Kota Cilegon ini mengatakan terkait dengan keluhan yang masuk dari pihak guru, orang tua maupun murid, pihaknya mengaku banyak sekali masukan salah satunya mengenai sinyal internet dan lain-lain.
“Murid tentunya tidak berkembang, kemampuan kreatifitas dalam pembelajarannya. Dikarenakan mereka tidak memiliki sarana tanya jawab, berinteraksi dengan gurunya secara langsung padahal kemampuan bertanya jawab itu merupakan tujuan pendidikan juga. Dengan daring ini seakan-akan tanya jawab itu hanya dengan literasi tertulis tidak bisa secara ekspresi mereka kepada gurunya dan guru juga tidak memiliki keleluasaan untuk menjawab pertanyaan siswa karena melayani siswa yang 30 orang misalkan sekelas dalam waktu yang bersamaan,” tuturnya.
Salah satu guru SD di Kabupaten Serang, Titin Uliawati, mengatakan bahwa saat ini dirinya memang kesulitan dalam melakukan pembelajaran secara daring. Apalagi di tempat ia mengajar, mayoritas peserta didik merupakan anak dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ataupun buruh pabrik yang anaknya dititipkan kepada kakek dan nenek mereka.
Discussion about this post