“Saya berharap para korban tidak terlarut larut dalam konflik yg terjadi disana, kita terus berupaya agar semua baik baik saja. Juga bagi yang sudah terkena dampak konflik, kita datangkan psikolog untuk mengatasi trauma atau syok tersebut,” jelas Ade.
Psikolog yang dihadirkan sudah menyatakan siap untuk bekerjasama, dan bersedia untuk mendampingi serta memberikan konsultasi jika para penyintas tersebut merasakan trauma.
“Untuk yang sudah dibawa ke Kota Serang, kita akan berupaya untuk mengembalikan kondisi mereka,” tandasnya.
Kasie Perlindungan Perempuan dan Anak DP3AKB Kota Serang Sinta menyatakan, kegiatan trauma healing ini merupakan bentuk pendampingan yang diberikan bagi warga penyintas konflik Wamena. Menurutnya, terdapat 4 keluarga dan 4 anak yang mengikuti kegiatan tersebut dengan jumlah 11 orang.
Ia mengklaim, anak-anak terlihat tidak mengalami trauma dikarenakan tidak menyaksikan secara langsung konflik yang terjadi, sehingga anak-anak tidak mengalami dampak langsung, khususnya terkait psikologi mereka.
Ia menyatakan, kegiatan ini akan dilakukan secara berkesinambungan, hal ini dikarenakan, menurut psikolog yang hadir dalam kegiatan tersebut, trauma akan muncul pada bulan-bulan berikutnya.
“Menurut psikolog tadi pak Sake, trauma terlihatnya jika sudah berjalan 6 bulan, adapun saat ini sifatnya masih syok,” ungkapnya.
Sinta menyatakan, Pemkot Serang berusaha untuk respond dan sigap dalam rangka melindungi warganya. Sebab itu, tidak lama setelah kejadian konflik, Walikota Serang langsung menelepon ke salah satu warga Kota Serang yang berada di Papua. (PBN)
Discussion about this post