JAKARTA, BANPOS – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mulai bersikap realistis menghadapi gejolak ekonomi global dan memanasnya situasi geopolitik, khususnya di Timur Tengah. Bendahara negara itu resmi memangkas target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dari 5,2 persen menjadi 4,7–5 persen. Jumat (04/07/2025)
Kondisi perekonomian global memang memburuk sejak awal tahun. Dampaknya turut dirasakan Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 hanya sebesar 4,78 persen.
Menyikapi tren ini, Pemerintah terus memantau dinamika global. Namun, alih-alih membaik, ketidakpastian justru meningkat. Pemerintah pun memilih menyesuaikan ekspektasi dengan menurunkan proyeksi pertumbuhan.
“Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025 pada kisaran 4,7 persen hingga 5 persen pada semester kedua,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Badan Anggaran DPR RI.
Revisi ini sejalan dengan proyeksi lembaga internasional seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), yang juga memperkirakan pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 4,7 persen tahun ini.
E-Paper BANPOS Terbaru
Meski begitu, Sri Mulyani menegaskan, Pemerintah tetap berupaya keras agar pertumbuhan ekonomi mendekati target awal. “Pemerintah akan mencoba melakukan berbagai langkah untuk memitigasi, sehingga pertumbuhan ekonomi bisa tetap terjaga di 5 persen,” ujarnya.
Ia menekankan, peran APBN sebagai shock absorber atau peredam kejut dalam menghadapi guncangan eksternal. “Instrumen fiskal akan terus menjadi andalan untuk menjalankan kebijakan kontra-siklus (countercyclical),” jelasnya.
Sri Mulyani juga berharap program unggulan Presiden Prabowo Subianto seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) mampu memberikan efek ganda (multiplier effect) bagi ekonomi nasional.
guna mendorong daya beli masyarakat serta mendorong investasi dan ekspor. “Kami perkirakan inflasi pada semester II akan berada di kisaran 2,2–2,6 persen,” paparnya.
Dia juga mengatakan, Indonesia membutuhkan investasi baru minimal Rp 7.500 triliun untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada 2026. Komponen investasi ini berkontribusi 30 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Discussion about this post