SERANG, BANPOS — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang mencatat di tahun 2025 jumlah balita penderita gizi buruk di Kota Serang ada sebanyak 65 jiwa. Jumlah itu diklaim mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinkes Kota Serang, Ahmad Hasanuddin, saat ditemui usai menghadiri acara penyerahan bantuan dalam rangka percepatan program kerja 100 hari Walikota Serang pada Rabu (26/3). “Memang sih tidak terbilang banyak 62 gizi buruk se-Kota Serang,” katanya.
Hasan mengklaim, jumlah penderita gizi buruk tahun ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan jumlah penderita tahun sebelumnya. “Alhamdulillah sudah menurun,” ucapnya.
Meski diklaim mengalami penurunan, namun Hasan enggan menyebut berapa jumlah balita penderita gizi buruk pada tahun sebelumnya. “Jangan lah itu mah, takut salah,” katanya.
Kemudian Hasan menerangkan, balita mengidap gizi buruk itu bisa disebabkan oleh dua hal. Pertama karena asupan gizi yang tidak tercukupi, lalu yang kedua disebabkan karena adanya penyakit yang menyertai.
E-Paper BANPOS Terbaru
“Kami sampaikan bahwa gizi buruk ini ada yang murni karena gizi buruk itu kurang asupan, ada juga karena punya penyakit penyerta,” terangnya.
Jenis penyakitnya bermacam-macam bisa disebabkan karena menderita demam tinggi, tuberkulosis (TBC), hingga gangguan sistem pencernaan. “Kemudian juga ada di antara mereka itu anak-anak yang gangguan usus itu juga harus diselesaikan,” ujarnya.
Kemudian terkait sebaran datanya, Hasan menyebut Kelurahan Kilasah, Kecamatan Kasemen menjadi salah satu wilayah di Kota Serang yang angka penderita gizi buruknya terbilang cukup tinggi. Dari total 62 balita gizi buruk yang berhasil terdata 15 diantaranya berada di kelurahan tersebut.
“Saya sampaikan paling banyak ada di daerah Kilasah. Dari Kilasah itu ada 15 gizi buruk murni dan dua ada penyertanya,” kata Hasan.
Hasan mengatakan, Dinkes Kota Serang telah melakukan berbagai macam upaya untuk bisa terus menekan angka gizi buruk di Kota Serang. Mulai dari memberikan sosialisasi hidup sehat, penyediaan tenaga kesehatan yang berkompeten, hingga memberikan makanan tambahan bagi balita penderita gizi buruk.