CILEGON, BANPOS – Kota Cilegon menghadapi ancaman serius terhadap pasokan air bersih. Ancaman itu disebabkan oleh pencemaran air laut dan kegiatan industri yang mengkhawatirkan.
Kota Cilegon yang terletak di pesisir barat Pulau Jawa, memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya air tanah sebagai sumber pasokan air bersih. Namun, pencemaran air laut yang terjadi akibat kegiatan industri dan polusi lingkungan, telah mengancam keberlanjutan pasokan air bersih bagi penduduk Cilegon.
Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Cilegon, Taufiqurrohman menyampaikan, berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cilegon menyebutkan bahwa beberapa tahun kedepan Kota Cilegon akan krisis air bersih yang diakibatkan oleh pencemaran air laut dan kegiatan industri.
Saat ini saja Taufiq mengungkapkan, terdapat dua kecamatan di Cilegon yang air bersihnya sudah berubah rasa menjadi payau. Yakni, Kecamatan Jombang dan Kecamatan Pulomerak Kota Cilegon.
“Bukan industri saja, ini kan artinya intrusi air laut segala macam coba daerah situ tuh daerah yang arah ke utara itu yang perbatasan Bojonegara ya seperti Kecamatan Jombang di Perumahan Taman Cilegon sudah tidak bisa menggunakan air sumur dalam itu nggak bisa sudah benar-benar tergantung pada PDAM,” kata Taufiq beberapa waktu lalu.
Dikatakan Taufiq, pencemaran air laut di Cilegon memiliki dampak serius terhadap kesehatan masyarakat dan ekosistem laut. Selain itu juga, warga setempat yang mengandalkan sumber air tanah sebagai sumber air bersih menghadapi risiko kesehatan yang tinggi.
“Seperti keracunan logam berat dan gangguan sistem pernapasan. Selain itu, kehidupan laut, termasuk ikan dan organisme laut lainnya, juga terancam oleh bahan kimia berbahaya yang masuk ke dalam rantai makanan,” ujarnya.
“Masyarakat ini harus dijaga ya kebutuhan airnya harus ya tadi itu, tidak membahayakan harus sehat dan sebagainya karena kita tahu kalau air sudah tercemar kita kan wilayah industri,” ucap Taufiq.
Lebih lanjut, Taufiq mengungkapkan, para ahli lingkungan memperingatkan bahwa jika pencemaran air laut dan kegiatan industri yang tidak terkendali terus berlanjut, Cilegon akan menghadapi krisis air bersih dalam waktu dekat.
Tingkat kerusakan ekosistem laut yang semakin parah dan penurunan kualitas air laut membuat air tidak lagi layak untuk dikonsumsi atau digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Hal ini akan berdampak pada kesehatan, pertanian, dan sektor industri di Cilegon.
“Pemerintah dan otoritas lingkungan harus melakukan penanganan yang serius dalam masalah tersebut dan sedang mengambil langkah-langkah penanggulangan yang diperlukan. Maka, upaya penegakan hukum yang lebih ketat terhadap industri yang mencemari lingkungan, perbaikan infrastruktur dan lain sebagainya harus dilakukan dengan tegas,” katanya.
Taufiqurrohman mengakui saat ini pihaknya baru memenuhi 20 persen kebutuhan air bersih atau sekitar 21.157 pelanggan rumah tangga dari jumlah penduduk di Kota Cilegon sebanyak 442.803 penduduk Kota Cilegon. Masih belum terpenuhinya air bersih untuk rumah tangga secara merata di Kota Cilegon, Taufiq mengaku lantaran jangkauan pipa air milik PDAM belum merata di Kota Cilegon.
“Iya baru 20 persen sangat jauh dari 100 persen. Karena keterbatasan jangkauan pipa kita (PDAM),” ujarnya.
Meski demikian, Taufiq mengungkapkan setiap tahunnya jumlah pelanggan air bersih di Cilegon terus meningkat yang mencapai sekitar 1.500 pelanggan air bersih untuk rumah tangga di Kota Cilegon dan akan terus berupaya memenuhi kebutuhan air bersih untuk masyarakat Cilegon dengan cara bekerja sama dengan PT Krakatau Tirta Industri (KTI) dan beberapa perusahaan yang lainnya di Cilegon.
“Kami terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Cilegon, salah satunya dengan cara menggandeng industri yang ada di Cilegon,” katanya.
Dibagian lain, Wakil Walikota Cilegon, Sanuji Pentamarta mengatakan kebutuhan air bersih untuk rumah tangga di Kota Cilegon baru terpenuhi sebanyak 20 persen dari jumlah penduduk yang ada di Kota Cilegon. Sisanya masyarakat masih mencari sumber air bersih secara mandiri. Oleh karena itu Pemkot Cilegon meminta bantuan Pemprov Banten agar menyalurkan air bersih dari Bendungan Sindangheula ke PDAM Kota Cilegon.
Sanuji mengatakan, kebutuhan air bersih untuk rumah tangga di Kota Cilegon baru terpenuhi sebanyak 20 persen dari jumlah penduduk Kota Cilegon. “Harus kolaborasi dengan semua pihak untuk menghadirkan kebutuhan air baku, jadi terus meningkatkan cakupan kita 100 persen. Karena saat ini kita baru bisa memenuhi kebutuhan air bersih untuk rumah anggaran sebesar 20 persen,” ujarnya.
Menurutnya, langkah itu perlu dilakukan lantaran Kota Cilegon tidak memiliki danau maupun sungai untuk memenuhi kebutuhan air baku yang bisa dijadikan untuk air bersih di Cilegon. Namun demikian, Sanuji mengklaim PDAM Kota Cilegon telah memberikan pelayanan yang maksimal untuk masyarakat Cilegon.
“Fasilitas menurut PDAM sudah cukup baik, tapi perlu ditanyakan kepuasan pelanggan kepada masyarakat. Tapi tetap harus terus ditingkatkan pelayanannya,” tandasnya.(LUK/PBN)
Discussion about this post