LEBAK, BANPOS – Masyarakat Badui Dalam di Kabupaten Lebak, Banten menggelar perayaan ritual Kawalu ketiga. Hal itu dilakukan sebagai wujud rasa syukur hasil pertanian ladang bisa memenuhi ketersediaan pangan dan peningkatan ekonomi.
“Perayaan ritual Kawalu di Badui Dalam dilaksanakan hari Senin (10/4) di Kampung Cikeusik dan Cikawartana serta Selasa (11/4) di Kampung Cibeo,” ujar seorang warga Badui, Santa (47), Sabtu (8/4).
Diketahui, saat pelaksanaan Kawalu, masyarakat Badui yang ada di ladang-ladang di luar tanah hak ulayat Badui, pulang ke kampung masing-masing.
Mereka masyarakat Badui menggarap ladang pertanian di luar kawasan Badui tersebar di Kecamatan Bojongmanik, Leuwidamar, Sobang, Cirinten, Muncang, Cileles, Cimarga dan Gunungkencanang.
Masyarakat Badui bercocoktanam di ladang itu diantaranya milik lahan perorangan, hasil pembelian, ada juga yang menyewa lahan orang lain dan lahan Perum Perhutani.
Saat ini, dengan khas pakaian hitam-hitam serta lomar atau ikat kepala berwarna biru dan hitam untuk masyarakat Badui Luar, dan Badui Dalam yang berpakaian putih-putih dan lomar berwarna putih akan merayakan Kawalu ketiga.
Sementara itu, untuk ritual Kawalu pertama dan kedua, diketahui sudah dilakukan oleh masyarakat Badui Dalam.
“Kami mengikuti Kawalu nanti di Kampung Cibeo untuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hasil komoditi pertanian ladang,” tuturnya.
Ia mengatakan, masyarakat Badui sebelum merayakan tradisi ritual Kawalu terlebih dulu menjalani puasa dan dilarang mengkonsumsi makanan juga minuman.
Namun, saat berbuka puasa, masyarakat Badui sebelum makan dan minum lainnya, wajib memakan daun sirih dan gambir.
“Kami memperbolehkan makanan dan minuman, setelah terlebih dahulu memakan daun sirih. Itu karena diwajibkan adat,” kata Santa.
Santa mengatakan, setelah menjalani ritual Kawalu ketiga, maka dilanjutkan dengan adat ngalaksa.
Pelaksanaan ngalaksa hari Sabtu (15/4) dan masyarakat Badui nantinya berkumpul di kampung -kampung di rumah tokoh atau tetua adat setempat.
Selanjutnya, Santa menjelaskan, setelah melaksanakan adat ngalaksa maka wajib mendatangi kepala pemerintahan yang disebut Seba.
Pelaksanaan Seba nanti para tokoh adat, tetua dan lembaga adat yang menentukan jadwal perayaan Seba untuk bertemu dengan Bupati Lebak dan Gubernur Banten.
“Kami meyakini perayaan Seba itu setelah Lebaran,” ucapnya.
Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, yang juga tokoh adat Badui, Jaro Saidi mengatakan, perayaan kawalu dilangsungkan selama tiga bulan dengan menjalankan tradisi seperti puasa.
Ritual ini dibarengi dengan berdoa meminta keselamatan bangsa dan negara agar aman, damai, dan sejahtera.
“Kami berdoa bangsa ini lebih maju, sejahtera juga aman, damai dan kondusif,” katanya.
Berdasarkan pantauan, ratusan warga Badui mulai kembali ke kampung -kampung di kawasan tanah hak ulayat Badui dengan membawa hasil pertanian.
Mereka berjalan kaki hingga puluhan kilometer dengan mengangkut padi huma, pisang dan sayuran untuk perayaan Kawalu Bulan Ketiga.
Kemungkinan hari Minggu (9/4) perkampungan Badui Luar ramai untuk persiapan merayakan Kawalu ketiga di Kampung Badui Dalam. (ANT/MUF)
Discussion about this post