INDONESIA, BANPOS – Nilai perdagangan antara Indonesia dan Bangladesh terus mengalami peningkatan.
Sejak 2016 hingga 2019, neraca perdagangan kedua negara menunjukkan angka kenaikan secara konsisten.
Tahun depan, kedua negara sepakat untuk merealisasikan kesepakatan dagang senilai 189,55 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 2,93 triliun. Kesepakatan dagang tersebut meliputi pembelian produk Margarin sebesar Rp 725,4 juta, strec acid, soap nooled atau bahan baku kosmetik dan sabun.
Selanjutnya, natural zeolite, palm faty acid, dan coconut oil.
Duta Besar (Dubes) RI untuk Bangladesh Heru H Subolo mengatakan, transaksi sebesar itu merupakan suatu pencapaian besar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Dhaka.
“Itu menunjukkan bahwa perdagangan bilateral mulai bangkit kembali setelah sempat lesu akibat pandemi,” ucap Heru, dalam keterangan tertulis kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
“Tidak menutup kemungkinan akan membuka lebih banyak transaksi dan kerja sama lain yang lebih besar antara pelaku usaha kedua negara,” imbuhnya.
Sebagai informasi, pada 2016, nilai total perdagangan Indonesia-Bangladesh adalah sebesar 1,335 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 21 triliun. Lalu pada 2017, nilai perdagangan meningkat 25 persen menjadi 1,669 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 26,2 triliun. Dengan surplus bagi Indonesia sebesar 95,4 persen.
Selanjutnya, pada 2018, nilai perdagangan meningkat 20 persen menjadi 1,980 miliar dolar AS atau sekitar Rp 31,1 triliun, dengan surplus bagi Indonesia sebesar 95,3 persen.
Tahun 2019, terjadi peningkatan sebesar 16 persen, menjadi sebesar 2,010 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 31,6 triliun dengan surplus 95,0 persen bagi Indonesia. Atas nilai tersebut, Pemerintah Bangladesh menempatkan Indonesia sebagai mitra dagang terbesar ke-6 setelah China, India, Singapura, AS dan Jepang.
Sebaliknya, dari catatan Kementerian Perdagangan, Bangladesh selalu menjadi salah satu dari 20 negara mitra dagang terbesar Indonesia selama 5 tahun terakhir ini. Namun, pada 2020-2021 saat dunia dihadapkan pada pandemi Covid-19, angka perdagangan Indonesia-Bangladesh mengalami penurunan hingga minus 12,4 persen.
Discussion about this post