SERANG, BANPOS – Pelaksanaan Ujian Masuk Mandiri (UMM) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) dituding marak tindakan pungutan liar (pungli) dan jual beli kursi oleh oknum panitia dan oknum dosen. Tudingan ini dibantah oleh pihak Untirta dikarenakan ada sistem yang mencegah terjadinya hal tersebut.
Dugaan praktik jual beli bangku kuliah UMM dilontarkan oleh salah satu Eksponen 98, Jeje Sudrajat. Ia mengatakan bahwa pihaknya mencurigai adanya praktik yang dilakukan oleh oknum panitia dan oknum dosen, mengenai pungli untuk bisa masuk ke Untirta.
“Ini terkuak dari beberapa calon mahasiswa yang dinyatakan tidak lulus pada 18 Juli lalu. Pada saat pengumuman, mereka bilang banyak teman yang satu angkatan di SMA, mengaku ada yang lolos dengan membayar sejumlah uang,” ujarnya kepada BANPOS, Selasa (26/7).
Menurutnya, praktik tersebut dilakukan oleh segelintir oknum, yang memberikan penawaran untuk mengurus hal itu. Ia menegaskan, dengan adanya praktik jual beli kursi dan pungli itu, maka Untirta telah melakukan pelanggaran.
“Maka pihak kampus harus melakukan pengusutan sampai tuntas. Kami bersama dengan rekan-rekan akan melakukan pengawalan kasus sampai tuntas,” tegasnya.
Ia menerangkan bahwa praktik licik dan curang yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi Negeri, tidak patut untuk dilakukan. Apalagi Untirta merupakan instansi yang memiliki tugas untuk mencetak generasi negeri yang akan datang.
“Bagaimana kita bisa mencetak generasi yang akan datang, sarjana-sarjana yang bersih dan siap bersaing ke dunia kerja, kalau dalam proses rekrutmennya saja sudah tidak benar,” ungkap Jeje.
Ia pun mengaku geram bahwa proses curang seperti ini sudah berlangsung lama. Menurutnya, lingkaran peredaran dugaan uang suap di Untirta pun terus dinikmati oleh oknum-oknum tersebut. Namun, pihak Rektorat hanya membiarkan saja praktik itu.
“Rektor harus bertanggung jawab dalam hal ini, atau jangan-jangan dia menerima setoran?” duganya.
Jeje menegaskan bahwa sivitas akademika kampus seharusnya tidak tinggal diam melihat adanya praktik ‘populer’ dalam lingkaran Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) itu. Menurutnya, percuma Untirta saat ini memiliki kampus yang megah, namun pengelolaannya buruk dan tidak bersih.
“Mustinya sivitas akademika tidak tinggal diam. Universitas itu arena belajar akademis, belajar berorganisasi, belajar memimpin dan dipimpin, yang tentunya dilarang menjalankan dari KKN. Ini malah menjadikan cara mendidik yang tidak fair, pola lama dan manajemen buruk,” ucapnya.
Humas Untirta, Veronika Dian Faradisa, saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp membantah tudingan tersebut. Sebab, tidak mungkin ada calon mahasiswa yang tidak lulus UMM, namun tiba-tiba dinyatakan lulus.
“Semua data peserta yang lulus sudah otomatis tersistem pada laman pengumuman di smmptnbarat.id. Agak aneh jika dikatakan awalnya tidak lulus pada tanggal 18 Juli, kemudian tiba-tiba dikatakan lulus setelah bayar,” ujarnya.
Data dari panitia SMMPTN itu ter-encrypsi menggunakan password, dan tidak dapat diubah dan final. Sehingga menurutnya aneh jika dikatakan mudah sekali adanya perubahan dari tidak lulus menjadi lulus.
“Sebutkan saja oknum-oknumnya. Kami panitia sangat menjaga kepercayaan dan marwah,” tandasnya.(DZH/PBN)
Discussion about this post