PANDEGLANG, BANPOS-Mengalami penurunan harga yang sangat drastis disaat produksi sedang melimpah, petani kopra yang ada di Kabupaten Pandeglang mengeluh. Pasalnya, dalam kurun waktu satu minggu harga kopra mengalami penurunan harga 2 sampai 3 kali.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, harga kopra di pasaran semula mencapai Rp 12 ribu per kilogram, akan tetapi saat ini harganya mengalami penurunan Rp 10.500 per kilogram sehingga membuat petani kebingungan untuk menjual hasil produksinya.
Salah seorang petani kopra di Kecamatan Cigeulis, Saepudin mengatakan, harga kopra saat ini membuat petani kebingungan. Terjadi penurunan harga yang cukup drastic, bahkan dalam satu minggu mengalami penurunan 2 hingga 3 kali.
“Ya harga kopra kembali mengalami penurunan, kali ini turunnya drastis banget. Bayangkan saja, dalam seminggu 2-3 kali harga terus turun. Tentu ini bikin tepuk jidat, khususnya kami para petani kopra,” kata Saepudin kepada wartawan, Selasa (5/7).
Padahal, lanjut Saepudin, produksi kopra di Kabupaten Pandeglang sedang digenjot seiring dengan melimpahnya buah kelapa belakangan ini.
Namun kini harga penerimaan kopra di sejumlah pabrik minyak, yang ada di Jakarta dan Surabaya rata-rata hanya dibanderol Rp 10.500 per kilogram.
“Sebelumnya harga kopra di Jakarta dan Surabaya, tembus di angka Rp12.000 per kilogram, namun saat ini hanya dihargai Rp 10.500 per kilogram. Kemungkinan itu juga turun lagi, karena dalam seminggu turun terus,” keluhnya.
Penyebab menurunnya harga kopra tersebut, lanjut Saepudin, dirinya juga belum mengetahui. Dengan turunnya harga kopra tersebut, tidak berdampak kepada para petani kopra saja, akan tetapi berdampak juga kepada para petani kelapa.
“Saya tidak tahu alasan kenapa harga kopra terus mengalami penurunan. Kalau harga terus turun kasihan ke petani kelapa juga, karena harga kelapa pasti ikut anjlok,” ujarnya.
Saepudin menambahkan, dalam seminggu ia mampu menampung kopra kering mencapai 15-20 ton. Kopra itu didapat dari petani yang ada di daerah Cigeulis, Panimbang hingga Cibaliung dan hasil produksi sendiri.
“Kalau saya, kopranya hasil produksi sendiri. Tapi suka juga rekanan sesama petani yang kirim kopra, ke gudang saya,” ujarnya.
Hal senada, petani kopra lainnya, Apang, merasakan hal serupa. Harga kopra di tingkat petani maupun pengepul mengalami penurunan. Hal itu membuat dirinya kebingungan, karena bisa-bisa jomplang dengan biaya produksi.
“Kopra harganya turun lagi, bingung kalau terus-terusan turun. Karena bisa jomplang dengan harga produksi. Mudah-mudahan harganya dapat stabil lagi,” ungkapnya.(dhe/pbn)
Discussion about this post