MENJADI satu satu kelurahan yang dikenal sebagai penghasil kerupuk kulit, pemilik industri rumahan kerupuk kulit tanpa pengawet kerap kali menerima pesanan dari berbagai daerah. Rasa yang gurih dengan warna khas kerupuk kulit, membuat produksi kerupuk terus meningkat.
Selain kerupuk kulit, Kelurahan Pager Agung, Kecamatan Walantaka, Kota Serang ini juga menjadi salah satu penghasil kerajinan anyaman bambu dengan produk cepon, irig dan lainnya. Diantaranya dipasarkan di pasar-pasar terdekat, dan menjadi potensi ekonomi di wilayah tersebut.
“Kalau kerupuk kulit sudah dikenal dan banyak juga yang pesan. Karena memang tidak pakai bahan pengawet, jadi masyarakat juga percaya dengan kerupuk kulit di sini,” ujar Lurah Pager Agung, Hamimi.
Ia menjelaskan, selain kerupuk kulit dan kerajinan anyaman bambu, ada juga kacang sangrai yang diproduksi di Pager Agung. Meski bahan baku kacang dibeli dari luar daerah, tetapi untuk pengolahan dan pemasaran dilakukan oleh warga Pager Agung.
“Dipasarkan ke pasar Kalodran, pasar Ciruas dan biasanya pesanan juga,” tuturnya.
Hamimi mengaku jika sebagian warganya berprofesi sebagai pedagang dan petani. Sebagian lainnya merupakan buruh dan pegawai, mengingat wilayah Pager Agung dekat dengan daerah industri dan sedikit banyaknya memiliki pesawahan yang dialiri air irigasi.
“Karena memang Kelurahan Pager Agung ini bisa disebut strategis, pertama dekat dengan daerah industri Serang timur kemudian ada lahan sawah yang juga dialiri air irigasi, sehingga hasil tanamnya bukan padi saja, ada timun, kacang, dan sayuran atau tumbuhan palawija lainnya,” jelas Hamimi.
Ia mengatakan, tumbuhan palawija juga dijual di pasar-pasar terdekat. Dengan begitu, perekonomian masyarakat terus berputar.
“Bersyukurnya memang karena di Pager Agung ini dekat dengan Pasar, jadi untuk menjual hasil kerajinan, hasil tanam palawija, tidak perlu jauh-jauh,” tuturnya. (bagian awal) (ADV)
Discussion about this post