Jika kebijakan pemulihan bencana, penguatan ekonomi pasca-krisis, hingga pendidikan karakter bisa memasukkan nilai-nilai tarekat dalam desainnya, maka Banten sedang menuju format baru pembangunan spiritual-sosial. Bukan pembangunan yang sekadar fisik, melainkan pembangunan yang mengakar dan berkesadaran.
Spiritualitas bukan lawan modernitas. Ia adalah jantungnya. Dalam kata-kata Seyyed Hossein Nasr, dunia modern yang kehilangan ruh spiritual akan kehilangan makna keberadaban. Oleh karena itu, Banten sebagai tanah wali dan ulama, harus menjadi pelopor pembangunan yang bukan hanya terukur dalam data statistik, tapi juga terasa dalam batin masyarakatnya.
Arah masa depan Banten bukan hanya soal infrastruktur jalan atau bendungan, tetapi tentang apakah masyarakatnya bisa saling mendengar, saling hadir, dan saling menjaga. Itulah yang sedang diperlihatkan oleh komunitas tarekat dan majelis dzikir hari ini—di tengah banjir, krisis iklim, dan gelombang alienasi sosial. Dan itulah sebabnya, spiritualitas tetap relevan sebagai benteng terakhir dari kemanusiaan kita. Habis
*Penulis adalah Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; peneliti tasawuf dan transformasi sosial.
Discussion about this post