“Capaian tersebut patut diapresiasi. Namun kepercayaan publik tidak dibangun hanya dengan angka. Kepercayaan tumbuh dari interaksi sehari-hari antara warga dan aparat,” ucap Bamsoet.
“Dari sikap ramah seorang Bhabinkamtibmas yang hadir di tengah masyarakat. Dari keberanian petugas lalu lintas menindak pelanggar tanpa pandang bulu. Serta, dari ketegasan penyidik dalam memberantas kejahatan tanpa tebang pilih,” paparnya.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia ini menambahkan, kehadiran Polri juga sangat dirasakan dalam menjaga stabilitas nasional. Di tengah ancaman radikalisme, kejahatan lintas negara, perdagangan manusia, hingga konflik sosial di daerah-daerah rawan, Polri berperan vital dalam menjaga keutuhan bangsa. Operasi Tinombala di Poso, pengamanan agenda-agenda internasional seperti KTT ASEAN 2024, hingga pengungkapan jaringan perdagangan narkoba internasional di Kalimantan Barat menjadi contoh nyata bagaimana Polri bertindak cepat dan strategis demi menjaga keamanan nasional.
Namun, tantangan masih jauh dari selesai. Masyarakat menuntut agar Polri juga tegas dalam membersihkan institusinya dari perilaku menyimpang. Kasus penyalahgunaan wewenang, praktik suap, hingga arogansi aparat masih menjadi noda yang merusak citra Polri secara keseluruhan.
Di era digital saat ini, tambah Bamsoet, dinamika sosial dan kriminalitas tidak lagi berbentuk tunggal. Kejahatan siber, penyebaran hoaks, pencucian uang lintas negara, peretasan data, hingga kejahatan berbasis artificial intelligence telah menjadi tantangan nyata.
E-Paper BANPOS Terbaru
“Masyarakat bukan hanya membutuhkan polisi yang kuat secara fisik, tetapi juga cerdas secara digital dan sensitif terhadap nilai-nilai keadilan sosial. Artinya, reformasi Polri belum boleh berhenti. Apalagi berpuas diri,” pungkas Bamsoet.(RM.ID)
Discussion about this post