Hal itu disebabkan karena anak sungai yang melintasi untuk mengairi area tersebut tertimbun oleh material pembangunan perusahaan batching plan, SGG, yang lokasinya tidak begitu jauh. Akibatnya, aliran air pada sungai tersebut tersendat sehingga menyebabkan area persawahan warga terendam.
“Ya kalau sebelah situ sawah. Cuma sawahnya nggak digarap, sawah mati semua,” katanya kepada BANPOS.
Karena kondisinya terlantar, kata Misbak, akhirnya lahan persawahan milik warga itu dibeli oleh seseorang yang dikenal sebagai seorang ‘Jenderal’.
Setelah itu lahan tersebut kemudian diratakan seluruhnya untuk dilaksanakan pembangunan. “Udah dibeli pak Jenderal itu. Biasanya orangnya ke sini buat nengok,” ujarnya.
Dia memperkirakan, lahan yang hendak diratakan untuk pelaksanaan proyek pembangunan itu luasnya mencapai sekitar 20 hektar.
E-Paper BANPOS Terbaru
“Udah banyak, 20-an hektar mah udah ada. Kan ke sananya mah udah tinggal gusur doang,” terangnya.
Misbak mengaku tidak begitu mengetahui untuk apa pelaksanaan proyek tersebut. Namun, berdasarkan informasi yang beredar di tengah masyarakat, katanya, lahan itu diduga akan dijadikan sebagai proyek pembangunan sport center atau pusat sarana olahraga.
“Nggak tahu (untuk apa) orang pengurus setempatnya aja juga masih kurang jelas tahu. Ya dengar-dengar mah katanya buat sport center atau apa tempat olahraga. Katanya sih, tapi ya kurang tahu kan namanya juga masyarakat mah,” jelasnya.
Dalam prosesnya, kata Misbak, ada beberapa hektar lahan milik warga yang belum dilakukan pembebasan lahan oleh pemilik proyek, termasuk lahan yang kini menjadi kubangan air, lokasi terjadinya peristiwa dua anak tenggelam.
Karena alasan itu lah pemilik proyek tidak melakukan pengurugan atau pemerataan terhadap lahan tersebut, sehingga menimbulkan cekungan di lahan itu.
Pada akhirnya saat hujan tiba, karena tidak adanya saluran pembuangan air di sekitar lahan tersebut membuat cekungan itu pun terisi penuh oleh air hujan.
“Karenakan nggak ada saluran, air nggak bisa keluar, nampung kan di sini,” jelasnya.