Menurutnya, pencemaran limbah coklat terhadap aliran irigasi pertanian itu sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu, karena pada lima tahun lalu dirinya pun sudah merasakan dampak dari pencemaran limbah pabrik tersebut.
“Karena sejak saya garap lahan sayur ini pun sudah ada pencemaran. Apalagi sekarang kan musim kemarau, dampak limbah itu semakin parah saja,” katanya.
Ia menyampaikan, atas adanya pencemaran limbah yang langsung berdampak pada lahan pertanian itu, juga mengakibatkan pencemaran air galian warga yang berada di dekat aliran sungai setempat.
“Memang air limbah ini kalau ke tumbuhan tidak mematikan. Tapi, kalau hasil panen atau kualitas sayur maupun padi itu jelek. Seperti saya tanam timun itu hasilnya tidak normal, biasanya panen satu kuintal sekarang hanya 50 kilogram saja. Terus, selain ke tumbuhan air galian untuk air bersih juga jadinya terdampak jadi bau,” jelasnya.
Keluhan serupa juga disampaikan oleh Abdul Rosid (48), warga Talagasari, Cikupa. Ia menilai jika pencemaran limbah coklat tersebut telah membuat tidak nyaman warga sekitar pabrik. Pasalnya, aliran limbah yang dibuang itu menimbulkan aroma bau dan tak sedap.
“Iya bau, apalagi kalau siang hari terus kena sinar mata hari, makin parah aja baunya sampe menyengat,” tuturnya.
Ia pun berharap kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang dapat menindaklanjuti keluhan warga atas pencemaran limbah tersebut, sehingga kedepannya warga yang tinggal di sekitar pabrik itu tidak terganggu dengan pencemaran limbah atau udara dari kegiatannya.
“Saya berharap pemerintah untuk menindak pabrik itu secepatnya. Karena kalau dibiarkan ini sangat membahayakan kesehatan kami,” tandasnya. (DZH/ANT)
Discussion about this post