CILEGON, BANPOS – Sandi (33), pria asal Kota Cilegon, memanfaatkan bisnis penjualan limbah minyak
jelantah dan dapat meraup omzet hingga Rp20 hingga Rp30 juta per bulan. Dimulai dari masa pandemi
Covid-19, bisnis tersebut menjadi semakin besar setiap harinya.
“Awal mulai usaha sejak pandemi Covid-19, dengan memanfaatkan layanan digital buat antar jemput
minyak jelantah dan jual lagi ke Jakarta,” ucapnya, Rabu (11/10).
Dirinya yang masih berprofesi sebagai karyawan di salah satu perusahaan BUMN tersebut, kini mengisi
hari liburnya dengan membeli limbah yang dikumpulkan dari warga seharga Rp3 ribu per liter.
Lebih lanjut, ia menjelaskan limbah minyak jelantah itu setelah dikirim ke Jakarta nantinya akan
dijadikan sebagai Sustainable Aviation Fuel (SAF), atau bahan bakar pesawat.
“Saya biasa membeli dari warga maupun dari restoran, biasanya untuk warga yang memiliki 5 liter
minyak jelantah bisa ditukarkan dengan 1 liter minyak goreng premium,” ucapnya.
Dalam sebulan, ia bisa mengumpulkan sebanyak sekitar 2.000 liter minyak jelantah yang dikemas dalam
jerigen.
Usaha yang dirintisnya sejak tahun 2020 tersebut juga kini kini sudah memiliki 16 mitra cabang di
sejumlah wilayah di Provinsi Banten, antara lain Kota Serang, Kabupaten Serang, dan Pandeglang.
Selain itu, dirinya menjelaskan manfaat dari menjadi pengepul limbah jelantah tidak hanya
menguntungkan, namun juga membantu mengurangi limbah rumah tangga.
“Sangat bermanfaat untuk mengurangi limbah rumah tangga, karena biasanya ibu-ibu jika sudah
memasak, maka minyak goreng yang sudah terpakai dibuang padahal jika dibuang sembarang bisa
berdampak pada lingkungan maupun kesehatan,” tegasnya.
Ia menuturkan, jika limbah minyak jelantah dibuang ke drainase, bakal menimbulkan mampet, apalagi
jika digunakan kembali untuk masak akan berbahaya bagi kesehatan. (DZH/ANT)
Discussion about this post