Lebih lanjut, kata Ayloush, jika mereka menyewa truk untuk memindahkan perabotan mereka, FBI akan memanggil mereka. Jika seorang Muslim terlalu sering bepergian ke luar negeri atau menarik banyak uang tunai untuk bisnis mereka, FBI akan memanggil untuk menyelidikinya.
Terpisah, Sosiolog dari Marquette University, Milwaukee, Wisconsin, Louise Cainkar, yang mengkhususkan diri dalam Studi Arab dan Muslim Amerika menyebut, Islamofobia sudah kuat sebelum peristiwa 9/11. Dan tragedi WTC, menurutnya, telah memperburuk keadaan.
“Reaksi keras terhadap semua orang yang dianggap Muslim membuktikan hal itu,” katanya.
Menurut Cainkar, penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan tidak hanya di kehidupan sehari-hari, namun juga pada saat menjelang pemilihan umum. “Jadi saya memperkirakan warga Muslim kembali menjadi target retorika kampanye tahun ini,” paparnya, merujuk pada mantan Presiden AS Donald Trump, yang saat ini berkampanye untuk pencalonan presiden dari Partai Republik.
Di era pemerintahannya, Trump memang mencetuskan kebijakan pembatasan masuk pelancong dari lima negara berpenduduk mayoritas Muslim, yaitu; Suriah, Iran, Yaman, Libya, Somalia. Namun Cainikar menambahkan, langkah-langkah penting telah diambil selama lebih dari 20 tahun terakhir untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang komunitas Muslim AS.
“Umat Muslim telah membangun organisasi dan melakukan pekerjaan yang baik dalam membangun solidaritas,” terangnya.
Organisasi-organisasi tersebut terdiri dari berbagai kelompok agama, organisasi BIPOC (Black, Indigenous and People of Color), dan kelompok-kelompok masyarakat.
“Jadi menurut saya, umat Islam telah berada di garis depan dalam menghasilkan perubahan ini,” imbuhnya.
Biden Peringati 9/11
Sementara dalam pesan 9/11, Presiden AS Joe Biden meminta warganya jangan mau dihasut dan tidak menyerah pada politik perbedaan yang memecah belah persatuan.
“Seharusnya tidak perlu ada tragedi nasional untuk mengingatkan kita akan kekuatan persatuan. Namun itulah cara kita benar-benar menghormati mereka yang gugur pada 11 September,” ujar Biden, di hadapan sekitar 1.000 personel militer AS di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson di Anchorage, Alaska, Senin (11/9).
Discussion about this post