JAKARTA, BANPOS – Pakar Komunikasi, Anthony Leong menilai, pertemuan antara Puan Maharani dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai simbol penting dari rekonsiliasi politik yang mungkin terjadi di antara generasi muda politisi Indonesia.
“Puan dan AHY menunjukkan kelas mereka sebagai para pemimpin muda. Interaksi mereka sangat alami dan tidak menunjukkan adanya jarak atau perbedaan yang berarti. Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga negarawan tentu hal ini turun juga kepada anak mereka value tersebut. Dengan intensitas komunikasi ini tentu kerja sama politik ada potensi terjalin,” ujar Anthony pada keterangannya (19/6).
Kata dia, Puan menunjukkan kematangan dan kepercayaan dirinya dalam pertemuan tersebut.
Bahasa yang digunakan Puan sangat alami dan rileks. Ini adalah tanda seorang pemimpin yang berpengalaman, berkelas dan punya track record yang baik.
Sementara itu, AHY menunjukkan kerendahan hatinya ketika meminta izin untuk menganggap Puan sebagai kakak. Ini adalah tanda kebesaran jiwa dan kerendahan hati AHY.
“Ini juga mematahkan persepsi pesimis yang banyak orang miliki bahwa hambatan komunikasi antara Megawati dan SBY akan berlanjut ke generasi penerus mereka,” lanjutnya.
Direktur PoliEco Digital Insight Institute (PEDAS) ini mengatakan, pertemuan ini dapat menjadi inspirasi bagi para pemimpin muda di Indonesia agar dapat melakukan langkah-langkah berani dalam membangun jembatan di atas perbedaan.
“Pertemuan antara Puan dan AHY membuktikan bahwa generasi muda pemimpin politik kita mampu untuk meredakan ketegangan yang lalu dan memulai dialog produktif,” tutupnya.
Pertemuan antara Puan dan AHY ini juga menunjukkan perbedaan politik tidak harus menjadi jurang pemisah, tetapi dapat menjadi jembatan untuk berdialog dan bersinergi.
Kemesraan Puan-AHY ini, tentu tak seperti hubungan Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang diketahui banyak pihak masih tak akur selama 20 tahun terakhir.
Diketahui hubungan Mega-SBY dalam 20 tahun belakangan ini memang kurang baik. Bahkan dalam 10 tahun kepemimpinan SBY sebagai Presiden, keduanya nyaris tidak pernah menjalin silaturahmi politik. Padahal saat Mega menjadi Presiden RI ke-5, SBY merupakan salah satu anak buahnya yang duduk di Kabinet Gotong Royong sebagai Menko Polkam. Namun, setelah Pemilu Presiden 2004, hubungan keduanya mulai renggang dan saling ‘Perang Dingin’.
Ditambah lagi, saat ini PDIP telah mengusung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden 2024, sementara Demokrat bersama koalisi perubahan mendukung Anies Baswedan.
Hasto Kristiyanto menilai, pertemuan AHY-Puan telah ditunggu masyarakat Indonesia. Bahkan sempat ramai diperbincangkan sejak dia dan Sekjen Demokrat bertemu di rumah makan Ayam Berkah beberapa waktu lalu.
Dia menekankan maksud dari pertemuan ini tidak lain hanya untuk menjalin komunikasi politik antara PDIP dan Demokrat. Sebab beberapa tahun ke belakang, hubungannya dikabarkan tegang.
Menyikapi hal itu Wasekjen Partai Demokrat Jansen Sitindaon mengaku hubungan kedua partai saat ini perlahan mulai mencair dengan adanya pertemuan antara AHY dan Puan. “Hubungan Partai Demokrat dan PDIP itu dalam tanda kutip dingin gitu, beku, ya ini pelan-pelan mulai mencair lah,” kata Jansen.(PBN/RMID)
Discussion about this post