Direktur Manajemen Pembangkitan PLN Adi Lumakso menjelaskan saat ini PLN Group mengelola sekitar 47 lokasi PLTU dengan total kapasitas mencapai 18 gigawatt (GW) yang setiap tahun menghasilkan rata-rata 3 juta ton FABA. Hal ini tentunya merupakan angka yang besar sehingga perlu untuk dilakukan pengelolaan dan pemanfaatan yang tepat, masif, dapat memberikan manfaat bagi lingkungan, bermanfaat secara sosial serta berwawasan lingkungan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
“Kami berkomitmen mengelola FABA yang kami hasilkan agar sejalan dengan konsep Environment, Social and Governance (ESG),” ucap Adi.
Adi mencontohkan beberapa program pemanfaatan FABA yang telah dilakukan PLN. Salah satunya dalam Proyek Taman Sains Teknologi Herbal dan Holtikultura (TSTH2) yang termasuk dalam program Food Estate di Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara. PLN menyediakan 45 ribu paving block dari FABA PLTU Labuhan Angin untuk jalan pedestrian seluas 786 m2.
Selain itu, dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, PLN berkontribusi mengirimkan 8.000 geobag FABA dari PLTU Tanjung Jati B yang digunakan untuk pembangunan tanggul sementara dalam mengatasi banjir di Kota Semarang. Selain itu geobag FABA juga sudah digunakan oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jepara untuk bencana abrasi dan banjir di beberapa desa di Kabupaten Jepara.
FABA juga telah digunakan dalam berbagai program tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) untuk renovasi jalan, rumah warga, dan materi konstruksi lainnya.
Di Pacitan, melalui program TJSL, FABA yang berasal dari PLTU Pacitan dimanfaatkan untuk pembangunan jalan desa sepanjang 2.1 km dan pembangunan 3 Rumah Tinggal Layak Huni yang berada di sekitar PLTU.
Adi mengatakan pengembangan pemanfaatan FABA perlu melibatkan masukan dari berbagai sudut pandang, mulai dari pemerintah dan regulasi, akademisi, hingga pengguna FABA seperti Asosiasi Perusahaan Pracetak dan Prategang Indonesia (AP3I), usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), hingga pelaku industri.
Discussion about this post