Dalam jangka pendek, PalmCo akan membutuhkan waktu melakukan konversi, peremajaan tanaman, peningkatan kapasitas pabrik CPO, serta pengembangan pabrik untuk produk turunan.
Sementara itu, PalmCo berencana mencari tambahan modal dari bursa efek dengan melepas saham ke publik.
Menurutnya, hal ini dapat lebih efektif dari sisi biaya modal karena melibatkan masyarakat menjadi investor, bukan dari perbankan. Dari sisi aset dan luas lahan sawit, dia menilai PalmCo akan menarik bagi investor.
Namun, Eko mengatakan untuk menjadi perusahaan terbuka, PalmCo harus bisa menunjukkan kinerja keuangan sehat, serta menjanjikan keuntungan bagi calon pemegang saham.
“Untuk memenuhi syarat IPO mungkin banyak yang harus dikerjakan oleh PalmCo, tetapi jika lolos maka bisa menjadi pembenahan juga bagi perusahaan,” tutup Eko.
Seperti diketahui, reorganisasi PTPN Group masih berlanjut. Setelah membentuk holding PTPN III dan restrukturisasi utang, PTPN Grup akan memisahkan perusahaan berdasarkan komoditas yang digarap. SugarCo untuk Gula, SupportingCo untuk komoditas lain selain gula dan sawit. Kemudian, khusus sawit akan dibentuk PalmCo.
PalmCo dijadwalkan sudah dibentuk tahun ini untuk kemudian menggelar penawaran saham umum perdana Initial Public Offering (IPO). IPO ditargetkan digelar di kuartal keempat tahun 2023.
Perusahaan membidik dana segar dari IPO untuk digunakan membiayai pengembangan bisnis Palm Co, terutama meningkatkan produktivitas lahan dan pabrik kelapa sawit yang dapat berdampak pada peningkatan kapasitas produksi dan pasokan minyak goreng dalam negeri. (RMID)
Discussion about this post