“Keperluan IPO tentu terkait rencana replanting tanaman produktif dan program hilirisasi. Perlu performa bagus setelah jadi perusahaan terbuka, supaya dianggap semenarik emiten sawit lain. Seperti Grup Salim, Sinar¬mas atau Wilmar,” jelasnya.
Sebelumnya, PTPN IIIber¬harap proyeksi perolehan dari ren¬cana IPO PalmCo tersebut dapat mencapai Rp 5-Rp 10 triliun.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, saat ini pembentu¬kan PalmCo masih dalam proses permohonan izin penyusunan Peraturan Pemerintah (PP).
“Setelah itu, baru kemudian IPO,” ungkap Erick dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR di Jakarta, Senin (20/1).
Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ini menegaskan, pembentukan PalmCo bertujuan agar BUMN berperan lebih besar secara na¬sional dalam usaha kelapa sawit dan turunannya.
Selain itu, Indonesia memiliki potensi Crude Palm Oil (CPO) kelapa sawit yang mencapai 52 juta ton per tahun, dengan 40 persen kepemilikan petani kecil.
“Potensi yang besar untuk hilirisasi dan industrialisasi pemanfaatan CPO harus dilaku¬kan,” tegas Erick.
Salah satu contohnya untuk bahan baku kosmetik. Saat ini, Indonesia merupakan pangsa industri make-up terbesar ke¬lima di dunia. Sekitar 70 persen industri make-up dengan ba¬han baku turunan CPO, semua produknya ada di dalam negeri.
Erick berkeyakinan, Indonesia mampu melakukan hal tersebut karena harga bahan bakunya sudah dimiliki.
“Karena itulah mengapa kami mendorong hal-hal ini untuk dikonsolidasikan,” ujar Erick.
Discussion about this post