SERANG, BANPOS – Puluhan pria dengan membawa berbagai poster, membuat kerusuhan di Markas Polda Banten. Polda Banten bahkan menurunkan pasukan anti huru-hara untuk menghalau massa tersebut.
Kerusuhan itu terjadi di lapangan Polda Banten. Massa yang beringas pun melakukan penyerangan kepada personel Polda Banten yang menghalau amukan massa. Mobil water cannon pun dikerahkan oleh Polda Banten.
Massa yang terus melakukan kerusuhan itu pun ditembakkan air menggunakan water cannon, setelah sebelumnya personel Polda Banten menembakkan gas air mata, untuk membubarkan massa tersebut.
Peristiwa itu terjadi dalam sebuah simulasi yang digelar oleh Polda Banten, dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi Pemilu Serentak 2024. Simulasi itu untuk sebagai bentuk pelatihan pengamanan tahapan Pemilu 2024.
Turut hadir dalam simulasi kerusuhan tersebut yakni Kapolda Banten, Irjen Pol Rudy Heriyanto; Kajati Banten, Didik Farkhan Alisyahdi; Wakapolda Banten, Brigjen Pol H. M. Sabilul Alif; PJU Polda Banten dan Pengurus Bhayangkari Daerah Banten.
Simulasi ini melibatkan ratusan anggota Polri di jajaran Satbrimob, Ditsamapta, Biddokkes dan Polwan Polda Banten turut ambil bagian dalam pengamanan Pemilu yang terdiri atas tiga tahapan, yakni kampanye, pemungutan suara dan perhitungan suara.
Karo Ops Polda Banten, Kombes Pol Dedi Suhartono, mengatakan bahwa simulasi itu dilakukan untuk persiapan Polda Banten dalam menghadapi Pemilu.
“Karena di Banten ada Pemilu Daerah dan Nasional, oleh sebab itu kami melaksanakan simulasi seolah-olah seperti faktanya di lapangan, untuk mengantisipasi kerawanan yang ada,” ujarnya, Senin (20/3).
Menurut Dedi Suhartono, Polda Banten melakukan antisipasi potensi kerawanan yang bisa saja terjadi dalam pelaksanaan Pemilu 2024, meliputi aksi teror, berita hoaks dan money politik.
“Rangkaian simulasi kita melaksanakan pengamanan kampanye, pengamanan TPS dan penanggulangan unras dari massa yang dapat dikendalikan hingga anarkis,” jelasnya.
Dedi menjelaskan bahwa pada saat perhitungan, pengamanan dititikberatkan pada proses perhitungan dan dampak adanya ketidakpuasan para pendukung salah satu peserta, atas hasil Pemilu.
Discussion about this post