Serupa, Ninasapti menguatkan pandangan dari sisi ekonomi. Menurutnya, tidak ada alasan untuk menunda pemilu. Tak ada hal yang genting dan mendesak. Dia memprediksi, perekonomian Indonesia 2023 tetap akan tumbuhdi atas 4 persen.
“Kalau melambat, iya. Kita di lingkungan akademis dan para ekonom sepakat, Indonesia tahun depan tidak akan resesi. Karena tidak minus. Asalkan, beberapa pekerjaan rumahnya diselesaikan,” ingat Ninasapti.
Menurutnya, resesi hanya bisa terjadi jika dipengaruhi oleh faktor eksternal. Seperti kemungkinan meletusnya perang dunia ketiga. Namun, dari sisi internal, perekonomian Indonesia masih bakal tumbuh.
Oleh karenanya, lanjutnya, Indonesia perlu pemimpin yang paham kondisi global. “Untuk faktor internal bisa diatasi jika pemerintah mau memotong ang¬garan yang tidak perlu. Kalau itu tidak dilakukan, maka utang bertambah,” pesan Ninasapti.
Sedangkan Asfinawati me¬nambahkan, berbagai undang-undang yang disahkan DPR harus segera direvisi. Pasalnya, tahun depan sudah memasuki tahun politik dan berpotensi mengekang partisipasi masyara¬kat.
“Misalnya KUHP, ini harus segera direvisi. Bicara hukum, harus ada partisipasi masyarakat yang bermakna. Para politisi bicaranya tidak bisa menyenang¬kan semua orang. Tapi kalau yang tidak menguntungkan pemerintah, direvisi terus,” sindirnya sambil berharap, presiden Indonesia berikutnya juga harus sosok yang dapat memimpin reformasi di tubuh Polri.
Sementara Arifin menambahkan, sebagai negara demokrasi terbesar keempat di dunia, rakyatIndonesia punya semangat saling membantu yang tinggi. Lembaga filantropi seperti BAZNAS berperan strategis untuk membantu pemu¬lihan ekonomi nasional. (RM.ID)
Discussion about this post