“Sekalipun memang tidak maksimal, akan tetapi kita sambil lakukan bersama TNI. Kalau berbicara kewenangan, itu berada di wewenang balai BBWSC3, namun tetap yang menjadi korban adalah Kota Serang, sehingga Pemkot serang mengambil langkah untuk meminta izin kepada BBWSC3 untuk memberikan izin normalisasi,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kota Serang, Diat Hermawan, mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya tengah melakukan simulasi bencana yang pernah terjadi di Kecamatan Kasemen. Menurutnya, ada 3 kebencanaan yang sering terjadi di wilayah Kasemen yaitu banjir, angin puting beliung, dan cuaca ekstrem.
“Jadi 3 yang kita simulasikan, yang sering itu banjir karena Kasemen seering banjir bahkan rutin. Kedepan mudah-mudahan tidak ada lagi banjir di Kecamatan Kasemen,” ujarnya.
Sementara itu, untuk keterlibatan dalam penanganan kebencanaan, kata dia, tidak ada batasan karena semua unsur terlibat. Saat ini, ada disebut gotong royong pentahelix, yakni partisipasi pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media.
“Kalau dari unsur teknis penanganan ada dari Tagana, vertical rescue dan lainnya. Kejadian riil di Kota Serang pada banjir Maret lalu, hampir 50 komunitas datang ke Kota Serang untuk melakukan penanganan dari berbagai komunitas di sejumlah wilayah,” jelasnya.
Diat menyebut, yang paling diantisipasi bencana di Kota Serang adalah banjir. Sebab, Kota Serang dibelah oleh sungai Cibanten, namun memiliki ada keterbatasan dalam melakukan normalisasi dan pemeliharaannya.
“Karena sungai ini lintas kabupaten kota dan penanganan sungai itu adalah kewenangannya ada di provinsi. Titik banjir banyak, tapi secara spesifik wilayah yang paling parah terdampak banjir adalah Kecamatan Kasemen, disusul Serang, Taktakan dan Walantaka,” tandasnya. (MUF/AZM)
Discussion about this post